Sebuah buku dengan judul Tirakat Jalanan: Bahagia di Jalan Raya adalah realitas literasi pernak pernik di dalam sebuah perjalanan (safar). Buku ini ditulis oleh K M Faizi, salah satu pengasuh Pondok Pesantren (PP) Annuqayah Sumenep, Madura, yang juga seorang penyair dan penulis produktif. Buku ini menghadirkan suatu aplikasi bahagia di antara kisruh dan semrawutnya jalan raya.
Secara bahasa, tirakat, di dalam KBBI dijelaskan bahwa 1) menahan hawa nafsu (seperti berpuasa, berpantang); 2) mengasingkan diri ke tempat yang sunyi (di gunung dan sebagainya).

Dalam kaitannya dengan buku ini, saya cenderung dengan makna yang pertama. Bahwa di dalam sebuah perjalana kita akan dihadapkan dengan berbagai tantangan dan hambatan. Dari sebab itulah kita diuji untuk menahan hawa nafsu dengan tirakat. Tidak dengan cara serampangan tanpa peduli terhadap orang (pengendara) lain.
Dijelaskan secara eksploratif di dalam buku ini: “Shalatmu berlipat rakaat, shalawatmu tidak terhitung, wiridmu sangat banyak, sujudmu sangat lama, tapi akhlakmu di jalan raya sangat tercela. Sebetulnya ada masalah apa antara dirimu dengan agamamu?” (hal. 22).
Narasi tersebut sangat menyentuh. Kalau menurut bahasa Edi AH Iyubenu, sangat perkasa nyapsap menusuk hati nurani. Tentu karena Mas Edi ini mengetahui bagaimana “kewalian” dari penulis buku; K M Faizi. Ini tentu saja perlu dieksplor lebih mendalam hingga menjadi sebuah buku yang begitu dirindukan.