Aroma Bunga Kenanga

541 kali dibaca

Senja itu masih terasa sendu. Daun-daun kering tampak beterbangan diterpa angin. Di atas, awan tampak murung dengan beban yang disangganya. Di salah satu gundukan tanah yang masih baru, nampak gadis muda tengah menatap papan nisan dengan nanar. Dari sela kedua mata lentiknya menganak sungai bulir bening. Susah bila harus ditebak apa yang bergejolak dalam batin gadis itu. Beberapa kali air mata jatuh membasahi tanah merah di hadapannya. Aroma wangi bunga kenanga dan kemboja yang tumbuh rindang mengitarinya tidak sedikit pun menghibur.

“Sudahlah, Nak! Tenangkan hatimu. Biarlah takdir dan sang waktu yan akan memberimu jawaban atas kemelut batin yang kini engkau rasakan,” tegur sebuah suara dari arah belakang si gadis.

Advertisements

Merasa ada yang memanggil, gadis yang menekuri nisan itu kini beralih mencari sumber suara. Di antara deretan nisan yang berlumut, tampak sosok sepuh yang kini juga menatapnya. Dengan tulus wanita sepuh itu tersenyum seolah menguatkannya. Masih cukup jelas, gurat pilu mencumbu putih kulit wajah si gadis. Sekarang justru ia merasa bingung pada orang yang berdiri di hadapannya. Sembari berdiri, si gadis nampak mengibaskan tangan —membersihkan tanah yang menempel— lalu mengusap kedua matanya.

“Nenek berbicara denganku?” tanya si gadis ragu.

“Memang di sini ada orang lain, Nak? Tentu dengan dirimu. Kamu Anggi bukan?” tanya balik wanita sepuh yang dibalas anggukan oleh si gadis.

“Sudahlah, Nak. Nanti kuceritakan apa pun yang ingin kau tanyakan. Mari ikut bersamaku,” lanjut wanita sepuh itu sambil berjalan menuju pintu keluar makam. Sesekali terdengar pula suara kaleng yang saling bertabrakan dari dalam karung yang dipikulnya.

Gadis itu mulanya ragu. Namun, setelah ia pikir lagi, dari sekian banyak orang yang mengantarkan jenazah keluarganya, hanya wanita sepuh itu yang peduli padanya. Tidak ada sepatah kata pun penghinaan keluar dari mulut wanita sepuh itu. Berbeda dengan warga lain yang malah bersyukur atas musibah yang menderanya. Akhirnya dengan langkah patah-patah, ia ikuti wanita itu menuju suatu tempat.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan