Sulam Tashil hal. 3

Analogi Mukadimah Alfiyah

2,117 kali dibaca

Qâla muhammadun huwa ibnu mâliki

Penggalan bait di atas sudah tidak asing lagi di telinga kita. Ya, benar. Itu adalah penggalan dari bait pertama Nadhom Alfiyah yang sangat masyhur di kalangan pesantren. Nadhom karangan Imam Muhammad Ibnu Malik yang terdiri dari 1002 bait ini sangat populer di kalangan pesantren. Tidak hanya sebagai pembelajaran, nadhom berirama bahr rajaz ini juga banyak diambil sisi seninya untuk sekadar dilantunkan.

Advertisements

Sebagai nadhom, poin-poin ilmu nahu di dalamnya tentu disampaikan dengan singkat dan padat, sekaligus menjadi ringkasan dari penjabaran-penjabaran yang panjang. Seperti halnya kitab-kitab nahu yang lain, Nadhom Alfiyah juga terdiri dari bab-bab yang urut dan saling berkesinambungan.

Dalam memulai sesuatu, sudah sepantasnya diawali dengan pembukaan. Begitu pula dengan Nadhom Alfiyah ini. Bab ataupun bagian pertama dari Nadhom ini adalah Mukadimah. Mukadimah ini terdiri dari 7 bait yang berisi semacam sambutan dari pengarang, seperti ucapan syukur dan selawat, definisi Nadhom Alfiyah, dan juga sedikit kilas balik tentang penulisan nadhom ini. Ada hal yang menarik pada bait ke-5 dan ke-6 dalam mukadimah Alfiyah ini. Kurang lebih seperti ini artinya:
•Alfiyah ini banyak disukai dan lebih unggul daripada Alfiyah-nya Imam Ibnu Mu’thi
•Imam Ibnu Mu’thi mendapat keutamaan karena lebih dahulu memprakarsainya, dan aku pun (Imam Ibnu Malik) memuji beliau

Bait ke-5: Alfiyah ini banyak disukai dan lebih unggul daripada Alfiyah-nya Imam Ibnu Mu’thi

Bait kelima dalam Mukadimah Alfiyah menyatakan bahwa Nadhom Alfiyah yang dikarang oleh Imam Ibnu Malik lebih baik dari Nadhom Alfiyah yang dikarang oleh Imam Ibnu Mu’thi. Jika kita membaca secara sekilas, maka tentu kita mengira bahwa pengarang membandingkan nadhom karangannya dengan nadhom karangan ulama lain. Tidak hanya membandingkan, bahkan pengarang menganggap bahwa nadhom karangannya lebih baik dari nadham yang lain tersebut.

“Bagaimana mungkin seorang ulama besar dapat bersikap tidak rendah hati seperti ini?” mungkin itu yang terlintas di pikiran. Namun sebelum berpikir demikian, ada sebuah analogi yang berkaitan dengan bait kelima ini.

Jika ayah Anda mendirikan suatu perusahaan, lalu 10 tahun kemudian Anda meneruskannya, maka kepemimpinan yang manakah yang lebih baik? Dalam hal ini, jika ayah Anda dan Anda memiliki kemampuan yang sama, maka tentu kepemimpinan Anda akan lebih baik dari ayah Anda.

Bagaimana bisa demikian? Karena Anda telah mengetahui segala hambatan dan kesalahan yang ada pada masa kepemimpinan ayah Anda. Dengan berbekal pengetahuan tersebut, Anda dapat mengatasi hambatan dan membenahi kesalahahan yang ada tanpa harus mengalaminya terlebih dahulu. Dengan demikian, perusahaan akan menjadi lebih baik pada masa kepemimpinan Anda karena Anda menyingkirkan hambatan dan kesalahan yang ada pada masa kepemimpinan ayah Anda sebelumnya.

Demikian pula dengan pengarang yang menyatakan bahwa nadhom karangannya lebih baik dari nadhom karangan ulama lain sebelumnya. Pernyataan pada bait kelima ini bukanlan tanpa alasan. Kembali pada analogi perusahaan, maka pengarang telah mengarang nadhom dengan belajar dari kekurangan yang ada pada nadhom yang ada sebelumnya. Hal itu wajar, bukan?

Bait ke-6: Imam Ibnu Mu’thi mendapat keutamaan karena lebih dahulu memprakarsainya, dan aku pun (Imam Ibnu Malik) memuji beliau

Pada bait kelima, alasan Imam Ibnu Malik menyatakan bahwa nadhom karangannya lebih baik dari nadhom karangan Imam Ibnu Mu’thi dapat dijelaskan dengan sebuah analogi perusahaan. Lantas, pada bait keenam ini, Imam Ibnu Malik sebagai pengarang menyatakan bahwa Imam Ibnu Mu’thi mendapatkan keutamaan tersendiri karena lebih dulu memprakarsai untuk mengarang Nadhom Alfiyah. Apa maksudnya? Setelah menyatakan bahwa nadhom karangannya lebih baik, kini Imam Ibnu Malik menyatakan bahwa Imam Ibnu Mu’thi mendapat keutamaan lebih? Penjelasan pada bait keenam ini juga masih sejalan dengan analogi perusahaan pada bait kelima.

Setelah Anda memegang kendali perusahaan dan perusahaan menjadi lebih baik, hal tersebut tidak mengubah fakta bahwa pendiri perusahaan tersebut adalah ayah Anda. Jika ayah Anda tidak mendirikan perusahaan terlebih dahulu, bagaimana Anda akan membuat perusahaan menjadi lebih baik?

Dengan demikian, meski Anda yang membuat perusahaan menjadi lebih baik, peran ayah Anda sebagai pendiri merupakan hal yang lebih utama daripada kesuksesan Anda sehingga ayah Anda memiliki keutamaan lebih daripada Anda.

Kembali pada bait keenam, Imam Ibnu Malik menyatakan bahwa Imam Ibnu Mu’thi mendapatkan keutamaan tersendiri karena Imam Ibnu Mu’thi-lah yang telah mengawali adanya Nadhom Alfiyah, dan Imam Ibnu Malik mengikuti jejak Imam Ibnu Mu’thi dengan memperbaiki kekurangan yang ada pada nadhom sebelumnya sehingga Nadhom Alfiyah karangan Imam Ibnu Malik menjadi lebih baik dari Nadhom Alfiyah karangan Imam Ibnu Mu’thi.

Namun, hal tersebut tetap tidak mengubah fakta bahwa Imam Ibnu Mu’thi lah yang lebih dahulu mengarang nadhom sehingga Imam Ibnu Malik dapat memperbaikinya dalam nadhom karangannya. Dengan demikian, peran Imam Ibnu Mu’thi sebagai pemrakarsa lebih utama daripada unggulnya nadhom karangan Imam Ibnu Malik.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan