Alumni Annuqayah Ngaji Kitab Nashaihul Ibad

1,400 kali dibaca

Ilmu seharusnya berbuah akhlak dan bernilai ibadah. Itulah salah satu ungkapan hikmah yang disampaikan oleh KH Ali Fikri A Warits, salah satu pengasuh Pondok Pesantren Annuqayah Sumenep, Madura, Jawa Timur, pada kegiatan Ngaji Kitab Nashaihul Ibad yang dilaksanakan Ikatan Alumni Annuqayah (IAA) Wilayah Kecamatan Batuputih.

Ngaji Kitab ini dilaksanakan pada Sabtu, 19 Juni 2021 di masjid Nurul Yaqin Batuputih, Sumenep, Madura. Pengajian dihadiri sekitar 200 orang dari alumni Pondok Annuqayah. Selain itu, ngaji Kitab Nashaihul Ibad ditulis Syihabuddin Ahmad bin Hajar Al-Atsqalani (773 – 852 H) dan juga disyarah Muhammad Nawawi bin Umar Al-Jawi ini juga diikuti masyarakat setempat.

Advertisements

Selain untuk menambah ilmu, kegiatan ngaji rutin ini juga dimaksudkan untuk membangun jembatan komunikasi yang berhikmah dan bermanfaat di kalangan alumni Pesantren Annuqayah. Ini merupakan kegiatan ngaji kitab ketiga kali yang dilaksanakan IAA.

Iman dan Bermanfaat

Dalam kegiatan ngaji kitab kali ini, KH Ali Fikri menjelaskan bahasan terkait dengan keimanan dan kemanfaatan bagi umat. Dikutip sebuah hadis di dalam kitab Nashaihul Ibad, Rasulullah saw bersabda, “Dua hal yang tidak ada kelebihan di atasnya (al-afdal), yaitu iman dan bermanfaat kepada umat Islam.”

Hadis ini menjelaskan bahwa iman adalah di atas segala-galanya. Begitu juga dengan “bermanfaat bagi orang lain,” adalah sebuah kelebihan di atas semuanya. Atas dasar itu, menurut Kiai Ali Fikri, maka sudah menjadi kewajiban bagi seorang hamba untuk memelihara dan meningkatkan iman kepada Allah serta berupaya untuk memberikan manfaat kepada orang lain.

Kiai Ali Fikri juga mengutip hadis lainnya, “Ahabbu ibadi ilallahi ta’ala anfa’unnasi linnas. Artinya, seseorang yang paling dicintai oleh Allah adalah orang yang memberikan manfaat kepada manusia lainnya. Dengan demikian, iman merupakan pokok dari segala kegiatan ibadah. Selebihnya adalah segala perbuatan yang memberikan efek manfaat atau positif dalam kehidupan. Efek ini bersifat komprehensif dan mengena dalam segala aspek kehidupan.

Syirik dan Mudharat

Selanjutnya KH Ali Fikri menjelaskan bab mengenai perbuatan yang paling buruk (sejelek-jeleknya perbuatan). Di dalam kitab Nashaihul Ibad dijelaskan, “Assyirku billah waddhurru bil muslimin, berlaku syirik kepada Allah swt dan berbuat kemudharatan kepada umat Islam. Artinya, sejelek-jeleknya perbuatan adalah syirik.

Bahkan di dalam Al-Quran dijelaskan bahwa perbuatan syirik ini termasuk dosa besar dan tidak diampuni bagi pelakunya. “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik. Dan Dia mengampuni segala dosan yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS An-Nisa’: 48).

Kemudian, di dalam penjelasan kitab “nasihat bagi hamba” disebutkan bahwa setiap perintah Allah akan berakibat kepada dua persoalan. Pertama, sebagai pengagungan (memuliakan) Allah swt. Hal ini telah menjadi sesuatu yang semestinya, bahwa seorang hamba memberikan pengagungan kepada Tuhan. Kedua, bentuk kasih sayang kepada orang lain.

Maka, demikian dijelaskan, dalam setiap perintah Allah selalu mengandung efek hablum minallah (kaitannya dengan Allah, ibadah dan ketuhanan) dan hablum minannas (kaitannya dengan mamusia, berbuat kebajikan dan kebaikan bagi sesama).

Eksistensi Ulama

Pada pembahasan yang kedua dari bab ini, —setelah iman dan kemanfaatan,— adalah tentang bagaimana kita memperlakukan seorang ulama. Nabi Muhammad saw bersabda, “Hendaknya kalian menemani ulama dan mendengarkan ucapan ahli hikmah (hukama’, orang yang bijaksana), karena Allah swt menghidupkan hati yang mati dengan cara hikmah (kebijakan) sebagaimana Allah swt menghidupkan bumi yang mati (gersang) dengan air hujan.”

Ulama yang berbuat kebajikan dengan keilmuannya adalah seseorang yang harus kita teladani. Menjumpainya merupakan sebuah berkah dan meminta nasihat kepadanya merupakan suatu kebaikan. Maka sudah sepantasnya bahwa kita tidak boleh menjauh dari ulama (hakiki) sehingga kita selalu dalam kebaikan dan keberkahan. Maka benarlah apa yang disabdakan Nabi saw, “Al-ulamau waratsatul ambiyai, (bahwa ulama merupakan pewaris para nabi).

Kiai Ali kemudian mengutip hadis di dalam kitab ini. Rasulullah saw bersabda, “Akan datang suatu masa atas umatku, mereka menghindar dari ulama dan ahli fikih, maka Allah swt menguji mereka dengan tiga ujian: pertama, Allah swt mencabut berkah dari rizki mereka; kedua, Allah swt menjadikan seorang pemimpin yang zalim; dan ketiga, akan dikelurakan dari dunia tanpa (membawa) iman.” Kita berlindung kepada Allah swt atas ketiga “ujian” ini dan diberi kekuatan untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah swt.

Demikianlah pengajian Nashaihul Ibad kali ini yang diikuti dengan sangat antusias oleh seluruh peserta. Pengajian ini dimulai dengan membaca surat yaasin secara bersama-bersama yang dipimpin oleh Ketua Yayasan Darul Ulum, K Zuwaidi Bashir. Ngaji Kitab ini diakhiri dengan pembacaan doa yang dipimpin langsung oleh KH Ali Fikri. Kami berharap bahwa kegiatan ini menjadi ajang silaturrahmi antara pengasuh, alumni, dan masyarakat secara luas. Wallahu A’lam! 

Multi-Page

Tinggalkan Balasan