https://annibuku.com/sekolah/3333-mas-al-itqon-jakarta

Al-Itqon, dari Majelis Taklim ke Pondok Pesantren

9 views

Berawal dari kegiatan majlis taklim, Al-Itqon berkembang menjadi salah satu pondok pesantren besar di wilayah Jakarta Barat. Ia menghidupkan tradisi santri di tengah gemuruhnya Ibu Kota.

Nama lengkapnya Pondok Pesantren (PP) Mirqat Ilmiyah Al-Itqon, berlokasi di Duri Kosambi, Cengkareng, Jakarta Barat. Pesantren ini didirikan dan diasuh oleh seorang ulama Betawi kelahiran 1 Maret 1954, yaitu KH Mahfudz Asirun An-Nadawy.

Advertisements

Majelis taklim yang menjadi cikal bakal pesantren ini mulai dirintis oleh Kiai Mahfudz tahun 1985. Pada masa itu, majelis taklim ini masih menyasar sekelompok kecil dari masyarakat sekitar yang ingin mempelajari ilmu agama. Namun, seiring waktu, antusiasme masyarakat terhadap pengajian diniyah ini semakin meningkat.

Berbekal dukungan dari masyarakat, pada tahun 1992 majelis taklim tersebut resmi berdiri sebagai sebuah yayasan pendidikan berbasis pesantren dengan nama Pondok Pesantren Al-Itqon. Kehadiran pesantren ini menjadi bukti konkret tumbuhnya semangat keilmuan Islam di kawasan Duri Kosambi.

Penamaan “Al-Itqon” sendiri tidak lepas dari kondisi masyarakat Duri Kosambi pada masa itu yang dinilai masih kurang dalam pemahaman agama, khususnya dalam hal membaca Al-Qur’an. “Al-Itqon” memiliki makna al-ihsan yaitu memperindah atau memperbaiki amal. Oleh karena itu, Kiai Mahfudz memberi nama pesantren ini sebagai bentuk ikhtiar memperbaiki kualitas keagamaan masyarakat. Ada pula yang menyebut bahwa nama lengkapnya, Rubath Ath-Tholabah Lil Mirqotit Al-Ilmiyah Al-Itqon, diberikan langsung oleh gurunya, Syekh Muhammad Muhajirin.

KH Mahfudz Asirun merupakan murid dari ulama besar asal Bekasi, yaitu Hadrotus Syekh Muhammad Muhajirin bin Amsar Ad-Dari, pengasuh Pondok Pesantren An-Nida Al-Islamy Bekasi Timur, Jawa Barat. Beliau menimba ilmu di bawah bimbingan Syekh Muhajirin selama kurang lebih 20 tahun. Bahkan, Kiai Mahfudz dipercaya sebagai juru tulis dalam penyusunan salah satu karya besar gurunya, yaitu kitab Misbahuzh-Zholam fi Syarhi Bulughul Maram, yang berfokus pada penjelasan hadis-hadis fikih. Kitab ini hingga kini telah tersebar luas dan menjadi sumber keilmuan yang penuh berkah.

Selain berguru kepada Syekh Muhajirin, Kiai Mahfudz juga belajar kepada para ulama dan mu’allim di sekitar Duri Kosambi, seperti KH Muhammad Arsyad, KH Ahmad Zaini, KH Hadromi, KH Abdul Hamid, dan KH Abdul Mubin, dengan metode klasik seperti bandongan dan sorogan yang dilakukan di rumah-rumah para guru tersebut.

Hingga saat ini, Pondok Pesantren Al-Itqon telah berdiri lebih dari tiga dekade dan terus mengalami perkembangan yang pesat. Ribuan santri telah dididik dan dibina di pesantren ini. Banyak di antaranya yang telah menunjukkan kompetensi dan prestasi yang membanggakan. Dalam beberapa tahun terakhir, tercatat lebih dari 5.000 santri telah menimba ilmu di pesantren ini.

Hingga kini, Al-Itqon tetap teguh dalam komitmennya mencetak generasi berakhlak mulia berdasarkan ajaran Ahlussunnah wal Jamaah. Al-Itqon dikenal sebagai pesantren salafi semi-modern yang menitikberatkan pada kajian kitab kuning (turats) tanpa mengesampingkan kurikulum pendidikan formal nasional yang disesuaikan dengan standar Kementerian Agama.

Kesuksesan dan keberlangsungan PonPes Al-Itqon tak lepas dari curahan doa, dedikasi, dan dukungan dari berbagai pihak: pendiri, pengasuh, para ustaz dan ustazah, para alumni, serta masyarakat yang terus berperan aktif dalam memajukan lembaga pendidikan ini.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan