3000 Santri Penulis, Apa Artinya?

80 views

Luar biasa! Hari ini, Minggu (18/5/2025), jumlah akun penulis atau kontributor di web duniasantri.co telah menembus angka 3.000. Persisnya, hingga pukul 19.30 WIB terekam ada 3.002 akun. Pemilik akun ke-3.000 atas nama Syita Rahma Nisrina, mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Apa makna, atau yang bisa dimaknai, dari angka 3.000 tersebut?

Advertisements

Izinkan saya menuliskan catatan pribadi. Sangat pribadi, sehingga tak ada pretensi untuk mewakili institusi atau siapa pun. Catatan pribadi ini didasarkan atas pembacaan saya terhadap semua naskah yang masuk sejak duniasantri eksis pada 17 Agustus 2019. Hingga saat ini, yang masuk seluruhnya telah mencapai 7.736 naskah, sementara yang telah dirilis sebanyak 4.167 naskah.

Catatan pertama berupa pengelompokan profil dari mereka yang registrasi atau membuat akun sebagai kontributor/penulis. Jika diklaster, profil mereka bisa dibagi ke dalam lima kelompok.

Kelompok pertama adalah “santri murni”, yang berarti orang yang sedang mondok di pondok pesantren dan yang sudah alumni. Kelompok kedua adalah santri atau alumni pesantren yang belajar di perguruan tinggi umum. Kelompok ketiga adalah santri atau alumni pesantren yang belajar di perguruan tinggi Islam. Kelompok keempat adalah mereka yang belajar di perguruan tinggi Islam namun tak berlatar belakang pesantren. Kelompok kelima adalah mereka yang tak memiliki latar belakang pesantren dan lembaga pendidikan Islam. Seperti itulah pengelompokan para penulis di duniasantri didasarkan pada profil mereka.

Catatan kedua berupa pengelompokan berdasarkan intensitas kepenulisan. Pertama adalah mereka yang tergolong sangat aktif dan aktif menulis. Kedua mereka yang kurang aktif dan hanya sesekali menulis. Ketiga mereka yang hanya satu dua kali menulis. Dan keempat mereka pasif dalam pengertian tidak pernah mengirimkan karya tulis tapi mungkin menjadi pembaca duniasantri. Tentu saja, yang terbanyak adalah kelompok terakhir ini.

Catatan ketiga yang menurut saya sebagai yang terpenting untuk mencari arti atau memaknai angka 3.000 santri penulis tersebut. Dan inilah yang saya maksud sebagai catatan pribadi di awal tulisan ini. Dan, sekali lagi, catatan ini didasarkan pada pembacaan saya terhadap seluruh naskah yang masuk, bukan yang lain.

Setelah membacai 7.736 naskah tersebut, saya sangat optimistis akan generasi santri masa depan. Optimisme ini dialamatkan kepada kelompok pertama dari profil pemilik akun penulis di duniasantri.

Tidak bermaksud membanding-bandingkan, tapi jujur saya akui, naskah-naskah yang dikirim oleh “santri murni” ini jauh lebih berkualitas dibandingkan dengan kelompok-kelompok lainnya. Di laman web duniasantri.co, pembaca hanya membaca 4.167 naskah yang telah dirilis. Berbeda dengan saya yang juga telah membaca 3.533 naskah yang tidak/belum dirilis. Karena itu saya punya dasar untuk membuat catatan ini. Semakin lama, naskah-naskah mereka semakin berkualitas.

Apa kelebihan naskah-naskah yang ditulis oleh kelompok “santri murni” tersebut?

Yang pertama tentu saja penguasaan pada topik yang dipilih. Karena latar belakang mereka memang santri murni, penguasaan terhadap ilmu-ilmu keislaman lebih mendalam, lebih komprehensif, dan justru tidak tekstual atau textbook jika dibandingkan, misalnya, dengan mereka yang belajar di perguruan tinggi Islam namun tak memiliki latar belakang pesantren. Pendek kata, pemikiran mereka lebih progresif.

Yang kedua, daya jelajah atau kemauan eksplorasi intelektual mereka cakupannya sangat luas. Topik-topik yang coba mereka tulis tidak melulu soal keislaman dan tradisi kepesantrenan. Mereka juga mencoba meneropong “dunia luar” atau “dunia lain” dari kacamata dan pola pikir santri. Jejak itu bisa kita baca pada tulisan-tulisan santri yang telah dirilis di duniasantri.co.

Yang ketiga, banyak pemikiran-pemikiran kritis, radiks, dan yang menyuguhkan kabaruan atau gairah baru dalam keilmuan, muncul dari kelompok “santri murni”. Bahkan, banyak pemikiran “nakal”, juga “liar”, dari mereka, yang bisa membongkar kejumudan berpikir. Intellectual exercise juga banyak muncul dari mereka, dari orang-orang yang tekun belajar di pesantren.

Berdasarkan pembacaan tersebut, rasanya tak berlebihan kalau saya sangat optimistis terhadap masa depan dunia santri, pesantren, dan santri-santri generasi mendatang. Sekaligus, ini juga membuktikan bahwa tradisi keilmuan dan intelektual di lingkungan pesantren masih ajek dan jejek, terjaga dengan baik.

Multi-Page

2 Replies to “3000 Santri Penulis, Apa Artinya?”

Tinggalkan Balasan