2TAHUN DUNIASANTRI (10): MIMPI MENJADI PENULIS

1,120 kali dibaca

Nama situs duniasantri.co yang kini mulai dikenal khalayak umum serta jumlah kontributor yang semakin banyak dan berlomba-lomba mengirimkan tulisan untuk mengisi berbagai macam rubrik yang telah disediakan, menjadikan saya mengingat momen saat pertama kali saya berkenalan dengan duniasantri.

Saat saya gabung menjadi kontributor duniasantri, penghuni grup whatsappnya masih berkisar 180 orang. Dan saat situs ini berulang tahun yang pertama di tanggal 17 Agustus 2020 tahun lalu, saya baru menyadari ternayata situs ini adalah situs baru dan pantas saja saya masih asing dengan nama situs duniasantri.co.

Advertisements

Pertama kali saya mengenal duniasantri dari teman guru saya, yaitu Bapak Nopinta yang kebetulan pernah menjalin kerja sama dengan saya dalam penerbitan buku kumpulan cerpen. Saya sering melihat Bapak Nopinta ini meng-share link berisi tulisan berupa cerpen yang ditayangkan di duniasantri.co.

Saya mulai penasaran, apa itu duniasantri.co. Kemudian, pada suatu hari saya memberanikan diri untuk bertanya kepada beliau tentang duniasantri. Kemudian beliau memberikan link form pendaftaran kontributor dan menjelaskan segala macam hal mengenai duniasantri yang beliau ketahui.

Singkat cerita, saya langsung membuka form pendaftaran tersebut dan kemudian mengisinya, lalu saya kirimkan tanpa pikir panjang lagi. Setelah menunggu kurang lebih satu minggu, ada balasan dari admin, kemudian saya dimasukkan di grup whatsapp, karena nanti apabila tulisan kita dimuat, maka akan mendapat pemberitahuan melalui grup whatsapp.

Tulisan pertama yang saya kirim adalah sebuah cerpen dengan judul “Ustadku, Cintaku, Imamku” yang kemudian diubah judulnya menjadi “Ustad antara Niswa dan Najwa”. Dulu saya mengirimnya tidak melalui submit di akun kontributor, melainkan mengirimkan file kepada admin karena kendala jaringan di tempat tinggal saya, dan saya sendiri belum akrab dengan menu-menu di akun duniasantri.co.

Jujur, saya senang sekali ketika tulisan pertama yang saya kirim mendapat respons positif dan ditayangkan di situs duniasantri.co. Tidak lupa saya juga meng-share link tulisan saya agar dapat dibaca oleh banyak orang.

Sejak saat itu, saya semangat untuk terus menulis dan produktif berkarya. Saya mencoba mengirimkan cerpen, kemudian puisi dan opini, serta mengisi rubrik Santriway.

Bagi saya, duniasantri.co adalah sebuah pelita penolong. Menulis di situs ini bukanlah tentang uang atau honor yang berusaha saya kejar mati-matian. Namun, tentang ikhlasnya saya berkarya dan tetap produktif dalam menghasilkan karya yang bermanfaat serta dapat membantu dan memberikan referensi positif untuk kaum santri pada khusunya dan masyarakat pada umumnya. Menjadi kontributor di duniasantri.co menjadikan saya tetap mengingat betapa saya mempunyai mimpi untuk menjadi penulis, dan dengan tetap menulis di duniasantri.co menjadikan saya tetap semangat dalam berkarya.

Honor dari duniasantri.co cukup banyak menurut saya, sebagai mahasiswa yang tidak bekerja dan mengabdi di sebuah sekolah dalam kehidupan sehari-harinya. Rp. 50.000,00 menurut saya cukup besar bila saya rajin menulis dan ditayangkan di duniasantri.co. Honor pertama yang saya terima dari duniasantri.co adalah sebesar Rp. 300.000,00. Saya sangat bersyukur karena uang ini bisa menolong saya untuk tetap mengikuti UAS di perguruan tinggi yang saat ini sedang saya perjuangkan. Uang yang saya dapat dari duniasantri.co selalu menjadi penolong bagi saya di kala saya membutuhkan bantuan.

Mungkin inilah yang dinamakan rezeki berkah, karena setiap saya membutuhkannya, selalu ada jalan dan kebetulan duniasantri.co yang menjadi penolong saya. Saya berpikir bahwa pekerjaan ini adalah halal dan hasilnya juga berkah, karena niat semata untuk berbagi ilmu serta ikhlas mensyiarkan Islam.

Saya harap ke depannya saya masih tetap bisa berkontribusi di situs duniasantri.co dan tetap bisa memberikan karya yang layak dibaca oleh banyak orang, dan duniasantri.co semakin ramai lagi dan semakin dikenal banyak orang dan semakin sukses untuk pelestarian dan perkembangan dunia literasi Indonesia.

Wallahua’lam Bisshawab.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan