SIMFONI KEAGUNGAN
Langit membentang sebagai kitab tak tertulis,
di mana bintang-bintang adalah aksara-Nya,
berkilau dalam simfoni takdir,
menyanyikan kebesaran yang tak ternilai.
Angin berlari sebagai utusan,
membawa bisikan kerajaan-Nya,
gunung-gunung berdiri sebagai saksi,
mengabadikan kuasa yang tak tersentuh.
Sungguh, mata yang mencari celah,
akan tenggelam dalam lautan keagungan,
karena di setiap sudut semesta,
ada huruf cinta-Nya yang terukir kekal.

GUA DI PANGKUAN WAKTU
Waktu berhenti di dinding sunyi,
seperti gelombang yang enggan berdebur,
dalam gua yang memeluk takdir,
iman bersembunyi dalam hening abadi.
Matahari enggan menyentuh mereka,
namun sinarnya tunduk pada ketetapan,
seperti pena yang menulis sejarah,
tentang jiwa yang tak takut dunia.
Di antara lembaran usia yang terlipat,
kasih Tuhan adalah perisai yang utuh,
sebab mereka tidur bukan dalam gelap,
melainkan dalam naungan cahaya-Nya.
NYANYIAN MATAHARI
Kala fajar membelah cakrawala,
mentari bangkit dalam selimut cahaya,
membakar gelap dengan sinarnya,
melukis harapan di langit terbuka.
Bumi menari dalam poros takdir,
gunung tunduk dalam keheningan,
lautan bergetar mengiringi simfoni,
sebab matahari adalah saksi abadi.
Namun lihatlah, gelap pun punya waktunya,
malam merangkak dengan kelembutan,
mengajarkan bahwa terang dan bayangan,
adalah titah Tuhan yang penuh hikmah.
Siapa yang menyucikan jiwanya,
akan bercahaya seperti mentari,
dan siapa yang menutup hatinya,
akan tenggelam dalam malam tak bernama.
Sumber ilustrasi: istockphoto.com.