Maulidan di Bangkalan: Antara Cinta Rasul dan Panggung Gengsi

Bulan Rabi‘ul Awal di Bangkalan selalu membawa warna yang khas. Lantunan selawat dari surau-surau kecil berpadu dengan dentang beduk magrib di Masjid Agung kota, menandai datangnya musim maulidan.

Di kampung-kampung, suasana terasa semarak: laki-laki khusyuk membaca kitab maulid, perempuan sibuk di dapur, dan anak-anak menunggu acara rebutan buah atau tabur uang dengan tawa riang. Semua ini adalah potret cinta kolektif yang telah diwariskan turun-temurun.

https://www.instagram.com/jejaringduniasantri/

Namun di balik gegap gempita itu, ada sisi lain yang lebih getir. Di banyak tempat, perayaan maulid berubah menjadi panggung gengsi. Jamuan besar-besaran disulap melebihi resepsi pernikahan. Berkat berlapis-lapis disajikan, bahkan ada yang rela berutang demi “tidak kalah” dari tetangga. Cinta Rasul memang mulia, tetapi ketika ia dibebani gengsi, makna spiritualnya perlahan terkikis.

Padahal, pesan Islam tentang kesederhanaan sangat jelas. Rasulullah SAW mengingatkan, “Sesungguhnya agama itu mudah.” (HR. Bukhari). Allah pun menegaskan, “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS. al-Baqarah: 286).

Jika kita membaca maulidan melalui kaca mata maqāid syarī‘ah, maka tradisi yang justru memicu tekanan finansial dan menumbuhkan iri hati jelas melenceng dari prinsip maslahat. Syariat hadir untuk menjaga harta (hif al-māl) dan kehormatan (hif al-‘ir), bukan untuk mengorbankannya demi status sosial.

Kaum yang berkecukupan sebenarnya memegang peran penting. Ketika memilih merayakan maulid dengan sederhana, mereka sedang menunjukkan bahwa kemuliaan maulidan tidak diukur dari panjangnya daftar menu, melainkan dari kedalaman zikir dan selawat. Berkah tidak lahir dari pesta mewah, melainkan dari hati yang rela memberi tanpa beban. Justru, makna sejati dari rebutan buah atau tabur uang adalah berbagi dengan gembira, bukan mempertontonkan kekayaan.

Cinta Rasul tidak butuh panggung gengsi. Ia tidak butuh kue tujuh tingkat, tidak butuh pesta yang bikin dompet jebol, apalagi status sosial di mata tetangga. Cinta Rasul hanya butuh hati yang jernih, doa yang tulus, dan selawat yang hidup dalam keseharian.

Halaman: 1 2 Show All

Tinggalkan Balasan