AKU MENCARI-NYA
aku datang tanpa nama
dadaku sumur berlumpur dunia—
membawa setangkup gaung suara
kutanya langit dan tumpukan luka
hal ra’ayta rabbī?
dan angin menangisiku perlahan

tiada suara setidaknya satu menjawab
hanya degup asing di dalamku
yang tiba-tiba mengerti
bahwa rindu telah berdarah kepada-Mu.
2025
USTAZAH NOR
aku tak pernah tahu siapa engkau
malam itu, Tuhan menidurkanku sampai ke surga
dan di sana—wajahmu tenang sehampar sejadah
tak memakai mahkota yang dilindungi malaikat
lirih suaramu seperti ayat yang baru sembuh dari tangis
engkau tak bercerita tentang darah bangsawan
pun, tak menuntut disembah dalam nasab
engkau hanya berkata:
“aku akan membawamu ke Ka’bah”
kau tepati; dengan tanganmu—aku sampai
pada titik yang selama ini hanya kupeluk lewat kiblat
namun pagi tergesa menghakimi
menerobos angkuh seperti maling
mencuri engkau dari pelupukku
mencabikmu dari peluk
dan aku—terbangun
keringat dingin
telingaku tuli
mata membatu
ustazah nor, aku tak tahu
apakah engkau benar-benar ada
atau hanya serpihan rahmat yang Tuhan pinjamkan semalam
dan sejak mimpi singkat itu
aku terus menunggumu dalam tidur
berharap tak terbangun lagi
jika itu satu-satunya cara
untuk bersamamu
lebih lama.
Palmerah, 9 Mei 2025.
KETIKA LAUT MENOLAK MENENGGELAMKAN (NABI MUSA)
berdiri tubuhku di ujung segala
di belakangku adalah ancaman
dan di hadapanku laut tak menyambut
dengan melangkah—
bukan karena tahu,
melainkan karena tak punya siapa pun
selain Dia.
rabbī ma‘ī, bisikku,