Belum lama ini saya mengikuti suatu kegiatan pengkaderan dalam suatu organisasi pergerakan mahasiswa yaitu Sekolah Kader Kopri. KOPRI adalah Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Putri, badan semi otonom dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Ruang lingkup materi yang dibahas cukup luas dan berat, sehingga membutuhkan pemateri yang memiliki kapasitas lebih tentang isu keadilan gender dalam Islam.
Masih ingat betul, kegiatan tersebut diadakan di rumah dinas Ketua DPRD Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Ibu Hj Hindun. Tema yang diusung adalah “Aktualisasi Gerakan Perempuan dalam Menghadapi Ketimpangan Sosial dan Kerusakan Lingkungan”.
Uniknya, kegiatan tersebut memiliki konsep live in di suatu desa untuk mempraktikkan ilmu yang sudah didapat saat penyampaian materi. Sebelum agenda live in, tepatnya pada hari kedua, saya dan teman-teman dipertemukan untuk pertama kalinya dengan Ibu Nyai Masnunah dalam forum materi “Analisis Sosial Perspektif Feminis”.
Perjumpaan pertama itu mebuat saya langsung jatuh cinta dengan beliau karena kedalaman ilmu serta keluasan kiprahnya baik di ranah domestik maupun publik. Saya merasa menemukan mutiara yang selama ini saya cari, yaitu konsep hakiki keadilan gender. Dua jam terasa cepat berlalu, rasanya ingin meminta kelebihan waktu agar saya bisa meneguk ilmu lebih dalam dari pemahaman beliau yang moderat dan humanis itu.
Berkat perantaraan beliau, saya lebih yakin bahwa Islam hadir membawa keadilan untuk semua manusia tanpa memandang jenis kelamin apapun. Rasanya tidak mungkin jika Islam akan membedakan laki-laki dan perempuan di luar konteks biologisnya.
Al-Qur’an adalah rahmat Allah yang sangat luar biasa apalagi dibawa dan disebarkan oleh manusia mulia, yaitu Nabi Muhammad Saw yang ditemani oleh malaikat Jibril. Al-Qur’an adalah firman Allah yang merupakan petunjuk bagi setiap manusia dalam rangka amar ma’ruf nahi munkar. Maka subjek yang dimaksud di dalamnya adalah laki-laki dan perempuan. Hanya, pemahaman Al-Qur’an seringkali masih dibumbui kepentingan pribadi, sehingga hasil tafsirnya tidak menutup kemungkinan akan menuai ketimpangan gender.