Wasilah Ruang Terbuka itu Bernama duniasantri.co

823 kali dibaca

Saya merasa sangat gembira mengetahui bahwa duniasantri.co memasuki ulang tahunnya yang ke-3 di tahun 2022 ini. Saya sebagai santri yang nunut urip di sini begitu bersyukur. Sebab, banyak hal telah diberikan oleh duniasantri.co yang menyelamatkan saya pada waktu yang tepat (atas izin dan pertolongan Allah).

Pada dasarnya saya lebih sering menulis puisi sejak lulus dari ruang perkulihan, dan kurang terlatih menulis cerpen dan opini. Walaupun, dulu sewaktu kuliah memang tugas-tugas semacam itu ada, tapi hasrat untuk terampil menulis itu kurang sekali, ditambah informasi dan pengetahuan yang sungguh minim.

Advertisements

Dorongan saya menulis sebetulnya lebih kepada suatu pekerjaan yang “hanya (menulis) itu” yang dapat saya lakukan. Saya merasa seperti tidak begitu kerasan bekerja selain menulis. Hal itu saya alami sejak menjadi guru Bahasa Indonesia di salah satu sekolah menengah pertama di kampung saya. Tentu saja mengajarkan ilmu adalah kegiatan yang mulia. Namun, sebagai pengajar saya merasa tidak pantas, dan memang basis kuliah saya bukanlah dari pendidikan.

Perlahan, kegelisahan saya semakin dalam. Saya seperti kehilangan harapan hendak melakukan apa dan bagaimana. Saya mencoba membuktikan diri dengan terus menulis dan mengirimkannya ke media massa baik koran maupun situs daring. Pada mulanya semua itu tak membuahkan hasil. Saya menunggu sembari terus mengasah keterampilan, membaca aneka buku, menabung untuk membeli berbagai buku, berpikir setiap saat dengan bahasa. Semua benar-benar terasa lama dan cukup menyiksa saya.

Di sisi yang lain, saya semakin tidak kerasan mengajar. Bukan karena faktor anak-anak. Tentu, saya senang bisa bertemu mereka dan itu mengingatkan saya pada masa remaja saya dulu. Tetapi, ketidaksrekan itu timbul dari lingkungan sekolah yang seragam, ditambah buku-buku pelajaran yang menurut hemat saya kurang bagus isinya (Memang hal itu sudah sejak lama terjadi. Kualitas buku pelajaran di sekolah selalu buruk dari segi kertas maupun isi. Ini bisa dicek dalam esai-esai lama seperti yang pernah ditulis Mahbub Djunaidi, dkk). Kita semua tahu bahwa buku itu adalah proyek, dan proyek telah banyak masuk ke dalam dimensi kehidupan kita. Dan yang kritis justru di dunia pendidikan kita.

Singkat cerita, saya memutuskan berhenti mengajar setelah setahun kurang menjadi guru Bahasa Indonesia. Saya akhirnya ke Yogyakarta untuk menimba ilmu dan mendalami diri sekaligus nyantri di Pondok Pesantren Maulana Rumi yang diasuh Kiai Kuswaidi Syafi’ie.

Di sana saya tidak banyak membaca buku seperti sebelumnya, tetapi lebih “mengalami” hidup. Saya tidak ragu, sebab Pak Kiai Kuswaidi Syafi’ie (atau yang akrab disapa Cak Kus) juga adalah seorang penyair yang terkenal pada sekitar tahun 1980-an 19dan 90-an di Yogyakarta. Walaupun tidak lama saya mengaji di sana, bekasnya masih terasa di batin sehingga menimbulkan ide-ide dan semangat untuk kembali menulis.

Kalau tidak keliru, akhir Desember 2020 itulah pertama saya menulis di duniasantri.co, dan seperti di awal saya katakan, saya memulainya dengan puisi. Lain tidak. Kebetulan, saya mendengar informasi itu dari kakak saya yang kebetulan pada waktu itu juga turut mengelola bagian perbendaharaan di duniasantri.co.

Harus saya akui, duniasantri.co memang ruang yang sangat bagus dan layak sekali dari berbagai segi, baik konten maupun finansialnya. Saya merasa sangat terbantu menulis di duniasantri.co. Saya hanyalah santri yang nunut urip, dan belum bisa berkontribusi secara baik untuk duniasantri.co.

Namun, “ruang terbuka” itu selalu memanggil saya untuk aktif belajar dan mengembangkan kreativitas di bidang tulis menulis melintasi berbagai topik dan genre yang sebelumnya saya tidak biasa. Untuk itu, saya mengucapkan banyak sekali terima kasih, dan semoga duniasantri.co bisa terus jaya, dan semua pengurusnya termasuk editor yang sabar menyeleksi dan mengedit tiap tulisan santri yang masuk diberikan keberkahan dunia dan akhirat.

Sekali lagi saya ucapkan selamat ulang tahun, harapan saya duniasantri.co akan menjadi sejarah yang tidak terlupakan. Sebab, saya yakin begitu banyak penulis yang notabene adalah santri ini merasa begitu beruntung bisa berkesempatan terus belajar dan merenung sembari terus kreatif melakukan “suluk kebudayaan” lewat medium tulisan. Mereka pasti merasa sangat berterima kasih dan mengingat guru-guru mereka serta pesantrennya yang amat berjasa menempa dan membentuk mereka sehingga menjadi seperti sekarang.

Semuanya benar-benar tersambung lewat duniasantri.co. Maka bisa dikatakan duniasanti.co adalah tempat kita bertawasul kepada guru-guru kita sampai Kanjeng Nabi, kepada ilmu, kepada tanah air ilmu kita (pesantren). Di sini, duniasantri.co bukan hanya wasilah untuk dunia, tapi khususnya akhirat. Wassalam.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan