WANITA DI SIMPANG KOTA TUA
Segelintir pria dengan lipstik-lipstik di dadanya
Membentuk raut wanita pendosa
Yang di bibirnya tumbuh duri-duri
Sementara lidahnya memancar racun kematian
Dan salah satu duri itu menancap di tubuhku
Merasuk lebih dalam, ke ulu hati
Sial, wanita itu telah mencari mawar di tubuhku
Ia menciumnya penuh cinta
Tapi saat tak lagi bersama
Wanita itu membakarnya dalam tungku siksa
Mencabut tubuhku dari tanah penuh gembira
Seringkali aku benci pada duri di tubuh wanita itu
Yang setiap saat bisa tertanam dalam kalbu
Menjadi benalu dan menggerogoti cinta sampai ke hulu
Ah, betapa pecundangnya aku
Si lelaki yang setia merajut asa
Dengan wanita berbisa, di trotoar di simpang kota tua
Apakah ia tahu, bahwa ia tenggelam dalam luka lama
Pada biru laut wanita itu, yang tercipta dari nestapa dan air mata
Lubtara, 2021.
DURI API
Kura-kura terengah-engah
Para kelinci berlari dengan sangat lincah
Serupa badai yang singgah di kala musim kemarau
Penakluk gedung kota dengan satu kerusakan paling sempurna
Kemudian menenggelamkan perahu pada laut derita
Milik para hewan yang hina-dina .
Seringkali duri apai begitu tajam
Ketika kezaliman tak bisa kita diamkan
Karena pada kebahagiaan paling mempesona
Merupakan taman bunga milik semakhluk penghuni neraka
Seperti dalam cerita mulia
Tentang anak adam yang mendengki saudara
Saat keegoisan telah memakan ulu jiwa
Hingga terkutuklah ia dengan besi panas di dada
Bahkan sang cahaya telah meredup
Pada otak bermuatan sampah paling buruk
Lubtara, 2021.
SAKIT
Sakit itu sederhana
Cuma merasa nyeri juga hampir mati
Sakit itu sempurna
Tapi pada dasarnya itu bahasa tubuh yang merana
Sakit itu adalah nostalgia
Sebab kita akan ingat kenangan bersama tuhan
Yang sebelumnya kita lupakan
Tapi sungguh, sakit itu derita
Bagi mereka yang tak tahu hakikat dan makna
Tapi jangan lupa!
Sakit merupakan ujian
Untuk kita arungi menuju ke atas awan-awan
Lubtara, 2021.
SAJAK KEHIDUPAN
-KH Afif Hasan
Serupa bait-bait puisimu
Sepanjang jalan kehidupan
Sederet bunga mawar
Selalu membuatku terpesona berkali-kali
Lalu, kidung melati
Bersama tembang syahdu
Merasuki jendela kamarku
Menetap pada ranjang yang mulai kelabu
Pada malam, kau menjelma cahaya
Menyinari segala pendosa
Dan dari suaramu, adalah suara surga
Berjalan di bawah pohon cemara
Kusaksikan mata-mata
Yang kau sihir dengan sinar purnama
Bercahaya menyinari antariksa
Lubtara 2021.
Ilustrasi: glorygallery.co.id
Keren. Lanjutan, Cong!
Siapp ustadz, tadz terimakasih atas ilmunya yg pean berikan dulu