Upah Layak dan Hidup Berkah: Perspektif Agama

27 views

Setiap tanggal 1 Mei diperingati Hari Buruh. Bukan sekadar seremoni tahunan, momentum ini seharusnya menjadi pengingat akan pentingnya kesejahteraan para pekerja, tulang punggung perekonomian bangsa. Di tengah hiruk pikuk tuntutan dan aksi, mari kita coba merenungkan persoalan upah layak dan kaitannya dengan keberkahan hidup, menelusurinya dari sudut pandang agama yang kita anut.

Dalam ajaran Islam, misalnya, bekerja keras mencari nafkah adalah sebuah ibadah. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah mencintai seorang hamba yang bekerja dan berkarya dengan kedua tangannya.”

Advertisements

Hadis ini jelas mengisyaratkan bahwa Islam sangat menghargai usaha dan jerih payah seseorang dalam mencari rezeki. Namun, nilai ibadah dalam bekerja tidak akan terasa sempurna jika hak-hak pekerja tidak terpenuhi, terutama hak atas upah yang layak.

Upah yang layak bukan sekadar angka nominal yang cukup untuk menyambung hidup dari bulan ke bulan. Lebih dari itu, ia mencerminkan penghargaan atas waktu, tenaga, dan keahlian yang telah dicurahkan oleh seorang pekerja.

Upah yang tidak adil, jauh dari standar kebutuhan hidup yang layak, akan menimbulkan ketidakadilan dan bahkan bisa dikategorikan sebagai bentuk eksploitasi. Agama sangat mengecam praktik semacam ini. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an, “…dan janganlah kamu makan harta sesamamu dengan jalan yang batil…” (QS. Al-Baqarah: 188).

Memberikan upah di bawah standar yang semestinya termasuk dalam kategori memakan hak orang lain dengan cara yang tidak benar.

Lebih jauh, agama mengajarkan bahwa keberkahan hidup tidak hanya diukur dari seberapa banyak harta yang dimiliki, tetapi juga bagaimana cara harta itu diperoleh dan dibelanjakan. Upah yang diperoleh dengan cara yang adil dan halal akan membawa ketenangan hati dan keberkahan dalam kehidupan pekerja dan keluarganya. Sebaliknya, upah yang diperoleh dari hasil menzalimi hak orang lain, meskipun jumlahnya besar, justru akan menjauhkan dari keberkahan dan mendatangkan masalah di kemudian hari.

Kita perlu menyadari bahwa kesejahteraan pekerja memiliki dimensi yang lebih luas dari sekadar materi. Lingkungan kerja yang aman dan kondusif, jaminan kesehatan, hak atas istirahat yang cukup, serta perlindungan dari segala bentuk diskriminasi dan pelecehan juga merupakan bagian integral dari kesejahteraan yang harus diperhatikan.

Agama mengajarkan kita untuk berbuat baik dan adil kepada sesama, termasuk kepada mereka yang bekerja untuk kita. Rasulullah SAW bersabda, “Berikanlah kepada pekerja upahnya sebelum keringatnya kering.”

Hadis ini menunjukkan betapa pentingnya menghargai hak pekerja dan memberikan imbalan yang setimpal dengan jerih payahnya.

Sayangnya, potret buruh di berbagai belahan dunia, termasuk di negeri kita, masih diwarnai dengan isu-isu klasik seperti upah rendah, jam kerja yang tidak manusiawi, dan minimnya jaminan sosial. Ironisnya, di negara yang mayoritas penduduknya beragama, praktik-praktik yang bertentangan dengan nilai-nilai agama tentang keadilan dan kesejahteraan pekerja masih sering kita jumpai.

Momentum Hari Buruh ini seharusnya menjadi panggilan bagi kita semua, bukan hanya pemerintah dan pengusaha, tetapi juga seluruh elemen masyarakat, untuk merenungkan kembali bagaimana kita memperlakukan para pekerja.

Apakah kita sudah memberikan hak mereka dengan adil dan manusiawi? Apakah kita sudah menciptakan lingkungan kerja yang aman dan mendukung perkembangan mereka?

Perspektif agama memberikan panduan yang jelas tentang pentingnya upah yang layak dan bagaimana hal itu berkorelasi dengan keberkahan hidup. Ketika seorang pekerja menerima upah yang adil, ia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya dengan layak, memiliki ketenangan pikiran untuk beribadah dan berkontribusi lebih banyak kepada masyarakat. Sebaliknya, ketidakadilan dalam pemberian upah akan menciptakan jurang sosial, memicu keresahan, dan menjauhkan kita dari keberkahan Ilahi.

Oleh karena itu, mari kita jadikan Hari Buruh ini sebagai momentum untuk memperkuat komitmen kita dalam menegakkan keadilan bagi para pekerja. Pemerintah perlu hadir dengan regulasi yang berpihak pada kesejahteraan buruh, pengusaha perlu memiliki kesadaran etis untuk memberikan upah yang layak dan kondisi kerja yang manusiawi, dan seluruh masyarakat perlu memberikan dukungan moral dan mengawasi implementasi kebijakan yang ada.

Dengan memberikan upah yang layak dan memperhatikan kesejahteraan pekerja secara holistik, kita tidak hanya memenuhi tuntutan keadilan sosial, tetapi juga sedang membuka pintu keberkahan dalam kehidupan kita sebagai individu, sebagai masyarakat, dan sebagai bangsa. Semoga semangat Hari Buruh tahun ini membawa perubahan yang signifikan menuju kehidupan pekerja yang lebih sejahtera dan penuh berkah.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan