Stop Merundung yang Dirundung Covid-19

979 kali dibaca

Kisah pilu dialami Salamat Sianipar, warga Kecamatan Silaen, Kabupaten Toba, Sumatera Utara. Pasalnya, meski sedang berjuang melawan sakit akibat Covid-19 dan harus menjalani isolasi mandiri di rumahnya, pria tersebut justru dianiaya warga sekitar secara membabi buta. Adapun, pemicunya karena warga menolak korban melakukan isolasi mandiri di rumah sendiri. Peristiwa tersebut terjadi pada Kamis (22/7/2021). Aksi penganiayaan tersebut sempat terekam video dan viral di media sosial.

Keponakan korban, Jhosua, membenarkan adanya aksi penganiayaan terhadap pamannya itu. Menurutnya, warga di sekitar awalnya menolak pamannya melakukan isolasi mandiri di rumah karena takut akan menularkan virus.

Advertisements

Awalnya karena korban dinyatakan positif Covid-19, kemudian isolasi mandiri di rumah. Namun, ada penolakan dari masyarakat setempat. Padahal, saat kejadian itu korban diketahui sedang berjuang melawan sakit akibat Covid-19.

Setelah mendengar informasi penganiayaan tersebut, Kabid Penmas Kepolisian Daerah Sumatera Utara, AKBP MP Nainggolan, menyatakan bahwa pihaknya sudah melakukan pendalaman penyelidikan untuk mengusut kasus penganiayaan itu.

Sebenarnya peristiwa itu bukan tanpa sebab. Kemarahan warga ternyata dipicu perilaku si penderita Covid-19 yang membuat kegaduhan dengan mencoba menular-nularkan virusnya kepada orang lain.

Tapi, apa pun pemicunya, kisah perundungan, pengusiran, dan penganiayaan orang yang terpapar Covid 19 ini bukan kali pertama. Beberapa waktu yang lalu juga viral pengusiran tenaga kesehatan dan perundungan terhadap seseorang yang terpapar Covid 19.

Covid 19 memang bisa membahayakan nyawa, namun jangan sampai membuat kita menjadi paranoid sehingga berperilaku berlebihan. Asalkan bertindak sesuai dengan protokol kesehatan, insyaallah tidak akan terpapar. Sebagai orang yang beragama, seseorang harus berbuat baik kepada sesama, apalagi jika orang tersebut tetangga kita yang dalam kondisi sakit.

Ada suatu kisah yang bisa menjadi suri teladan. Dahulu ada seorang Yahudi yang sangat membenci Rasulullah. Setiap kali Rasulullah lewat di depan rumah orang Yahudi itu, Rasullullah dilempari kotoran. Walaupun demikian, beliau tak pernah marah.

Suatu hari, ketika lewat di depan rumah si Yahudi, tetapi Rasulullah tidak menjumpainya dan absen dari lemparan kotoran. Kemudian Rasulullah bertanya kepada tetangga si Yahudi. Tetangganya bercerita bahwa si Yahudi sedang terbaring sakit. Mendengar bahwa si Yahudi sakit, Rasulullah pun pulang ke rumah untuk mengambil makanan yang ada di rumah. Beliau juga mampir ke pasar, membeli buah-buahan, sebagai buah tangan yang akan dibawa untuk si Yahudi. Setelah itu Rasulullah lantas meminta tetangga si Yahudi mengantar ke rumah Yahudi yang sedang sakit.

Si Yahudi terkejut ketika melihat Rasulullah datang. Ia mengira bahwa Rasulullah hendak membalas dendam. Si Yahudi bertanya, mengapa Rasulullah harus menunggu sampai dirinya sakit untuk membalas dendam terhadapnya.  Mengapa Rasulullah tidak datang ketika dirinya masih sehat.

Rasulullah lantas menjelaskan maksud kedatangannya semata-mata untuk menjenguk orang yang sedang sakit. Rasul mengaku prihatin. Jawaban Rasulullah yang lembut dan tulus itu meluluhkan hati orang Yahudi ini. Tak hanya itu, Rasulullah juga mendoakan untuk kesembuhannya. Karena melihat kemualiaan ahklak Rasulullah, orang Yahudi itu terharu hingga menangis tersedu-sedu. Ia pun berujar, “Wahai Muhammad, mulai sekarang aku akan mengikuti agamamu.” Kemudian orang Yahudi itu pun mengikrarkan dua kalimat syahadat.

Tidak hanya itu teladan dari Rasul. Ketika mengetahui ada sahabatnya yang sakit, Rasulullah berusaha menjadi orang pertama yang bergegas menjenguk. Ketika menjenguk, kebiasaan Rasulullah adalah mendekati orang yang sakit dan duduk di dekat kepalanya. Beliau pun menanyakan keadaan orang yang sakit, mengusap kepalanya sambil berdoa.

“Ya Allah, Tuhan sekalian manusia, sembuhkanlah penyakit ini. Tidak ada yang bisa menyembuhkannya selain Engkau! Sembuhkanlah hamba-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Penyembuh dengan penyembuhan yang tidak meninggalkan bekas.”

Misalnya, ketika menjenguk Sa’ad bin Abi Waqqash, Rasulullah SAW memanjatkan doa sebanyak tiga kali. “Ya Allah! Sembuhkanlah Sa’ad, Ya Allah! Sembuhkanlah Sa’ad, Ya Allah! Sembuhkanlah Sa’ad.”

Selain itu, beliau terbiasa membawakan buah tangan yang disukai oleh orang yang sakit. Rasulullah tidak pernah mengkhususkan waktu tertentu untuk menjenguk orang yang sakit. Bila pagi hari datang menjenguk, datanglah. Bila sore hari menjenguk maka datanglah. Niscaya, berkah Allah akan selalu menyelimuti orang tersebut.

Salah satu hadis yang diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalib, Rasulullah SAW bersabda,

إِذَا عَادَ الرَّجُلُ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ مَشَى فِيْ خِرَافَةِ الْجَنَّةِ حَتَّى يَجْلِسَ فَإِذَا جَلَسَ غَمَرَتْهُ الرَّحْمَةُ، فَإِنْ كَانَ غُدْوَةً صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُوْنَ أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُمْسِيَ، وَإِنْ كَانَ مَسَاءً صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُوْنَ أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُصْبِحَ

Artinya: “Apabila seseorang menjenguk saudaranya yang muslim (yang sedang sakit), maka (seakan-akan) dia berjalan sambil memetik buah-buahan surga sehingga dia duduk, apabila sudah duduk maka diturunkan kepadanya rahmat dengan deras. Apabila menjenguknya di pagi hari maka tujuh puluh ribu malaikat mendoakannya agar mendapat rahmat hingga waktu sore tiba. Apabila menjenguknya di sore hari, maka tujuh puluh ribu malaikat mendoakannya agar diberi rahmat hingga waktu pagi tiba.” (HR. at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Imam Ahmad dengan sanad shahih).

Rasulullah sangat menganjurkan orang yang datang menjenguk untuk memberikan nasihat pada yang sakit. Nasihat tersebut bisa dengan menghiburnya seraya memberikan kabar gembira atau pujian serta doa panjang umur. Beliau sangat menganjurkan untuk memberikan semangat hidup kepada yang sakit. Kendatipun terkadang hal tersebut tidak mengubah takdir Allah, setidaknya akan memberikan dukungan dan hiburan untuk jiwa yang sakit.

Nasihat yang lain, bila orang yang sakit terus merintih akan penyakitnya atau mengeluh tiada henti, Rasulullah akan menasihatinya dengan berkata, “Wahai Saudaraku! Bersabarlah … bersabarlah sampai kamu keluar dari dosa-dosamu.”

Rasulullah sangat memerhatikan orang sakit karena banyak keutamaan menjenguk orang sakit. Memperhatikan orang yang sakit termasuk satu di antara lima hak muslim atas saudaranya, seperti hadis berikut,

عن أبي هريرة -رضي الله عنه-: أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- قال:«حقُّ المُسلمِ على المُسلمِ خمسٌّ: ردُّ السلام، وعِيَادَةُ المريض، واتباع الجنائز، وإجابة الدَّعوة، وتَشميتُ العاطِ».

Abu Hurairah raḍiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwasanya Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hak seorang muslim terhadap muslim yang lain ada lima: menjawab salam, menjenguk orang sakit, mengantar jenazah, menghadiri undangan, dan mendoakan orang yang bersin.” (Muttafaqun’alaih).

Bagi seorang muslim, memberikan perhatian kepada orang sakit hendaknya bukan menjadi sebuah beban, atau pelengkap dari ibadah. Hal tersebut semestinya dianggap sebagai kewajibannya. Ketika seseorang mencurahkan perhatian kepada saudaranya yang tergolek sakit, ia akan merasakan sebuah kenikmatan spiritual sehingga akan mempercepat proses kesembuhan orang yang sakit.

Rasulullah sudah mencontohkan, beliau mengasihi orang sakit tanpa memandang keyakinan yang dianut orang tersebut. Beliau juga berusaha memenuhi kebutuhan saat menjenguk orang yang sedang sakit. Terlepas hal itu bagian dari strategi dakwah, namun tindakan ini sudah mencerminkan sikap Islam yang mengasihi sesama manusia.

Rangkaian kisah tersebut hendaknya menjadi nasihat bagi kita agar berbuat baik kepada orang yang sedang sakit. Kewajiban seorang yang beriman di antaranya membantu orang lain yang sedang mengalami penderitaan atau sakit. Mengurangi penderitaan orang yang sedang sakit bukan sekadar merupakan perbuatan mulia, tetapi juga kewajiban seorang muslim terhadap orang lain.

Di masa pandemi seperti ini. sangat diperlukan kerja sama di antara kita. Karena dengan saling membantu, dampak dan beban dari pandemi akan bisa dikurangi.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan