Santri 5G

1,038 kali dibaca

Pada pergantian abad ke-15-16 M, setelah keruntuhan Majapahit, bangsa Eropa menjelajah ke empat penjuru mata angin untuk mencari dan menemukan teritori-teritori baru, menaklukkannya dan memperluas kekuasaannya. Armada laut Spanyol dan Portugis, dengan keunggulan teknologi kapal Jung yang mereka pelajari dari Sriwijaya delapan abad sebelumnya serta teknologi meriam dan mesiu, berlayar ke barat, menaklukkan bangsa Indian di benua Amerika Selatan dan Utara. Armada yang lain berlayar ke Timur memasuki teritorial laut dan samudra yang kosong, yang dulu dijaga oleh armada laut Majapahit yang mengontrol sepertiga lautan dunia pada abad ke-13-14 M.

Bangsa Indian Amerika berhasil ditaklukkan dengan kekuatan teknologi militer. Namun demikian, bangsa Nusantara tidak pernah bisa dikalahkan secara militer oleh bangsa Eropa. Kemudian VOC datang dengan armada dagangnya. Dari keuntungan perdagangan rempah-rempah dan keberhasilan memanipulasi retaknya hubungan kekeluargaan kerajaan-kerajaan Nusantara akibat perang saudara, kompeni Belanda perlahan-lahan berhasil menancapkan kuku kekuasaannya di bumi Nusantara. Untuk menjaga dan memperkuat kekuasaannya, kompeni mendatangkan tantara bayaran dari negeri Belanda serta mengupah orang-orang pribumi yang mau diajak bekerja sama untuk menindas dan menjajah bangsa Nusantara.

Advertisements

Sekarang abad ke-21, abad milenial 5G, bangsa Indonesia masih menjadi konsumen sains dan teknologi modern, sebagai end user. Ilmu pengetahuan dan teknologi komputer, software dan hardware, diimpor dari luar Indonesia. Pun, ilmu pengetahuan dan teknologi telekomunikasi, bangsa Indonesia belum menguasainya dan harus didatangkan dari luar negeri bila bangsa ini hendak menggunakannya di segenap penjuru Nusantara.

Bahkan, dalam masa-masa suram selama 500 tahun, abad ke-16 sampai 20 M, bangsa Nusantara masih bisa berkreasi dan menciptakan karya-karya adiluhing: seni tari, wayang orang, wayang kulit, batik, tenun, karya sastra, karya lukis, karya ukir. Dalam bidang perkebunan dan pertanian, para petani Nusantara menanam tembakau dan memproduksi rokok kretek, menanam kayu ulin dan kayu jati, merekayasa varietas padi tahan banjir atau tahan hama. Hutan tropis, sungai, laut, dan samudra Nusantara menyimpan keanekaragaman flora dan fauna yang luar biasa.

Penting dicatat bahwa para kiai dan ulama Nusantara menulis sekian banyak kitab-kitab ilmu fikih, tauhid, tasawuf, tafsir, dan hadits yang menjadi rujukan para ulama di seantero dunia. Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari menulis kitab Sabilal Muhtadin; Syekh Nawawi al-Bantani menulis 115 kitab di antaranya adalah al-Tsamar al-Yani’ah syarah al-Riyadl al-Badi’ah dan al-‘Aqd al-Tsamin syarah Fath al-Mubin; KH Hasjim Asy’ari menulis kitab Mawaidz.

Bagaimana bangsa Indonesia, khususnya para kiai dan santri, bergulat dengan kemajuan zaman dalam abad milenial ini? Sembari terus menggali, mendalami, dan memahami kearifan lokal budaya Nusantara, mungkin bangsa Indonesia harus bekerja dan belajar lebih keras lagi untuk bisa memahami dan menguasai sains dan teknologi modern: fisika kuantum, ilmu dan rekayasa material, serat optik, nano teknologi, artificial intelligence, atau biomolekuler. Semoga baik bila para kiai dan santri membaca dan mengaji lebih dalam makna 800 ayat-ayat tentang alam semesta yang terkandung di dalam kitab al-Quran. Besar harapan bahwa dalam abad ke-21 ini bangsa Indonesia, khususnya para kiai dan santri, berhasil melahirkan inovasi-inovasi sains dan teknologi milenial yang bermanfaat bagi umat manusia dan alam semesta, rahmatan lil alamien.

Seperti ketika Islam bertemu dengan budaya-budaya Nusantara, kemudian melahirkan Islam Nusantara, pribumisasi Islam kata Gus Dur. Seperti apa dan bagaimana perjumpaan sains dan teknologi abad ke-21 dengan kearifan-kearifan lokal Nusantara, khususnya pesantren? Seperti apa dan bagaimana pribumisasi sains dan teknologi abad milenial? Mudah-mudahan Allah SWT menjadikan Pondok Trensains Tebuireng Jombang dan Pondok Trensains Tebuijo Sragen serta fakultas-fakultas sains dan teknologi di Universitas Negeri Islam di segenap penjuru Nusantara sebagai suatu solusi bagi bangsa Indonesia untuk meraih kembali kejayaannya. Aamiin YRA.

Wallahualam bis shawab.

Rumah Merah, 29012021.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan