Pesantrennya Salafiyah, Santrinya Multitalenta

6,862 kali dibaca

Dilihat dari standar kekinian, pondok pesantren ini bisa dibilang sangat salafiyah, tradisional. Namun, spiritnya justru untuk melahirkan generasi santri multitalenta.

Didirikan oleh KH Toip Aljauhari pada 1997, pondok pesantren yang berada di Desa Ciomas, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten, ini tak memiliki nama resmi. Ia dikenal dengan nama Pondok Pesantren Salafiyah Cidanghiyang karena dua hal. Sematan nama “Salafiyah” karena memang pesantren ini menerapkan sistem salaf total. Sedangkan, Cidanghiyang merujuk pada nama kampung di mana pondok ini dibangun.

Advertisements

Sejak awal, KH Toip Aljauhari memang meniatkan pondok yang dibangunnya sebagai pesantren salaf, benar-benar salaf. Tak ada lembaga resmi yang menaunginya, semisal yayasan. Pun, tak ada program pendidikan formal diselenggarakan di pesantren ini, semisal madrasah ibtidaiyah (MI) atau tsanawiyah (Mts) dan aliyah (MA). Juga tak ada sistem diniyah.

Bahkan, salah satu syarat untuk bisa diterima di pesantren ini calon santrinya tidak boleh “nyambi” belajar di sekolah formal. Harus total mondok, full ngaji, ngaji kitab kuning —seperti tradisi pondok pesantren tempo dulu.

Dengan begitu, pondok pesantren ini bertekad mempertahankan prinsip, tradisi, dan ajaran-ajaran pesantren salafiyah murni. Karena itu, dalam kegiatan mengaji di Pondok Pesantren Salafiyah Cidanghiyang ini dibagi ke dalam tiga model kegiatan, yaitu balagan, pasaran, dan sorogan. Kitab-kitab yang dipelajari di antaranya Fathul Mu’in, Alfiyah, Tafsir Jalalen, dan kitab-kitab kuning lainnya.

Meskipun menjalankan sistem salafiyah murni, namun Pondok Pesantren Salafiyah Cidanghiyang ini dikelola dengan baik, dengan cara-cara modern. Ini memang sesuai dengan tujuan awal pendiriannya. KH Thoif al Jauhari ingin mengembangkan pesantren salafiyah sekaligus memperbaiki citra pondok salaf yang dianggap ketinggalan zaman, jumud, kumuh,  kotor, dan tidak tertata rapih.

Justru, meskipun menerapkan sistem salaf murni, dikelola dengan baik. Terbukti, seluruh fasilitas pendidikanya, seperti ruang dan bangunan pondok ditata dengan asri. Halaman-halaman  pondok yang selalu bersih. Pesantren salaf ini melaksanakan prinsip-prinsip kebersihan, kenyamanan, keindahan, ketertiban, dan keamanan dalam proses pembelajarannya.

Meskipun tidak menerapkan sistem kelas dan menyelenggarakan pendidikan formal, Pondok Pesantren Salafiyah Cidanghiyang mengembangkan sistem kelulusan tersendiri bagi tiap santri yang jumlahnya mencapai ratusan orang.

Di Pesantren Salafiyah Cidanghiyang, santri akan dinyatakan lulus dan layak mendapatkan  ijazah jika memenuhi sejumlah kriteria. Pertama, penguasaan terhadap kitab-kitab pokok yang  ditentukan  pihak pondok, sebutlah kitab al Awāmil an Nawāshib, Matan al Binā, al Jurumiyah, Alfiyah Ibn Malik, dan Fathu al Muĩn.

Selain itu, santri baru bisa dinyatakan lulus telah menempuh masa khidmat, yaitu mengabdi di pondok minimal satu tahun pengabdian. Kriteria terakhir, santri tidak melanggar kode etik dan  tata tertib selama menjadi santri.

Santri Multitalenta

Inilah bagian menariknya dari pesantren salaf murni ini. Selain mengaji, ratusan santri di sini juga diajari dan dididik untuk menguasai berbagai keterampilan. Tujuannya, agar para memiliki multitalenta sebagai bekal hidup setelah lulus dari pesantren.

Setidaknya, ada dua program pokok yang dikembangkan di luar urusan mengaji kitab kuning. Yaitu, santri menguasai pertanian dan manajemen pemasaran dan perdagangan. Untuk itu, pihak pondok juga menyiapkan lahan-lahan pertanian dan peternakan yang dikelola dan dibudidayakan oleh para santri.

Pesantren ini memang berdiri di atas lahan seluas 4 hektare. Namun, yang dimanfaatkan untuk  bangunan dan gedung hanya sekitar 1,5 hektare. Sisanya, 3,5 hektare, dibudidayakan sebagai lahan pertanian, seperti untuk kebun, sawah, dan kolam. Lahan pertanian itu dikelola oleh para santri dan produksi pertaniannya juga dipasarkan oleh santri.

Keuntungan dari usaha ini digunakan untuk membiayai kegiatan pesantren. Dengan begitu, praktis, seluruh santri dapat belajar di pondok secara gratis. Di samping itu, begitu lulus dari pesantren, para santri juga telah memiliki bekal yang cukup untuk hidup mandiri.

Inilah salah satu potret pesantren salaf yang eksis dan mandiri.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan