MTA Al-Amien Prenduan dan Cita-cita Mencetak Ilmuan Al-Qur’an

3,838 kali dibaca

Ma’had Tahfidh Al-Qur’an (MTA) Al-Amien Prenduan memiliki visi besar dalam mencetak santri-santri yang memiliki daya intelektual tinggi. Santri yang haus akan ilmu pengetahuan tanpa mengabaikan Al-Qur’an sebagai petunjuk dan inspirasi dalam mengembangkan khazanah keilmuan Islam.

MTA Al-Amien Prenduan merupakan pondok pesantren yang terletak di ujung pulau Madura, tepatnya di Dusun Dunglaok, Desa Pragaan Laok, Kecamatan Pragaan, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur.

Advertisements

Pondok ini berdiri pada 12 Rabiul Awal 1412 H atau 21 September 1991 M. Peresmiannya dilakukan  oleh Kiai Tidjani Djauhari MA sebagai pengasuh Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan. Saat itu, Kiai Tidjani Djauhari baru saja menyelesaikan pendidikan magisternya di Mekkah. Kiai Tidjani Djauhari merupakan kakak dari KH Idris Djauhari dan KH Makhtum Djauhari MA.

Bukan tanpa sebab, Kiai Tidjani Djauhari dan para pendiri Pondok Pesantren Al-Amien mendirikan MTA Al-Amien Prenduan. Mereka melakukan langkah konkret atas keresahan yang mereka alami tentang merosotnya khazanah keilmuan umat muslim.

Mereka sangat berharap, dengan adanya Pondok Pesantren Modern yang berbasis Al-Qur’an, akan mengembalikan kejayaan umat Islam sebagai pusat peradaban yang melahirkan banyak ilmuan dan saintis muslim, sebagaimana telah terjadi pada masa Dinasti Abbasiyah dahulu.

Meski mengusung program wajib menghafalkan Al-Qur’an, MTA al-Amien juga tidak mengabaikan ilmu-ilmu modern dalam jenjang pendidikan formalnya. Sebab, MTA Al-Amien Prenduan berdiri untuk memberikan contoh bahwa dikotomi antara ilmu agama dan umum adalah hal yang keliru. Justru, ilmuan-ilmuan hebat Islam ketika kecil telah menguasai, bahkan menghafalkan Al-Qur’an. Sehingga, Al-Qur’an yang mereka pahami menjadi wordview akan pentingnya ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang sains dan teknologi. Hal demikian disebabkan umat Islam sendiri tidak mengetahui bahwa kitabnya juga membahas tentang sains dan mengangkat derajat siapa saja yang berilmu.

Program menghafalkan Al-Qur’an di pondok ini dibagi menjadi dua, yaitu program 12 juz dan 30 juz atau takhassus, menyesuaikan kemampuan yang dimiliki santri. Para santri juga tidak sekadar menghafal saja. Mereka juga dituntut untuk paham dan mengerti apa yang mereka hafalkan. Maka, pelajaran dalam kelas formal juga mempelajari ilmu nahu dan saraf sebagai ilmu alat untuk dapat memahami teks Arab, seperti Al-Qur’an dan kitab-kitab klasik (gundul).

Santri pesantren ini juga diwajibkan menggunakan bahasa asing, yaitu Arab dan Inggris dalam berkomunikasi sehari-hari. Ini dimaksudkan sebagai langkah tepat untuk dapat melatih kecerdasan verbal linguistic dan memudahkan santri untuk memahami bahasa Arab dalam Al-Qur’an dengan tepat.

Sementaraitu, dalam jenjang sekolah formal, MTA Al-Amien Prenduan juga mendirikan SMP, SMA dengan jurusan IPA dan IPS. Ada juga MA yang berfokus pada ilmu keagamaan. Para santri hanya tinggal memilih kelas mana yang kiranya dapat melatih kemampuan mereka dalam bidang akademik. Laboratorium IPA, Laboratorium Bahasa, dan Laboratorium Komputer juga menjadi fasilitas yang disediakan oleh pihak pondok agar santri dapat mengembangkan kualitas akademiknya di sekolah. Di dalam masing-masing gedung juga terdapat perpustakaan untuk menambah literasi para santri agar tidak gagap tentang ilmu pengetahuan modern.

Kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang kecerdasan santri juga disediakan seluas-luasnya oleh pihak pesantren. Misalnya, untuk kecerdasan bermusik, santri dilatih dengan adanya grup-grup rebana, band, dan drumband. Untuk mengasah bakat para santri, di dalam pondok juga terdapat klub teater, jurnalis, kartunis, dan kelompok bahasa sebagai wadah pengembangan bakat minat santri. Para santri yang punya bakat dalam olahraga, juga difasilitasi dengan adanya lapangan futsal, bola lapangan, voli, tenis meja, dan lain sebagainya.

Selain itu, santri juga dilatih dalam mengolah logika dan kata dengan adanya agenda berpidato, berdebat, dan diskusi tentang isu kekinian setiap minggunya. Santri juga diberikan kesempatan untuk bisa menjadi khatib di Masjid Jami’ Al-Amien dengan menggunakan bahasa Arab. Kepercayaan diri para santri benar-benar dilatih agar suatu saat bisa menjadi pemimpin yang dapat membawa umat menjadi lebih baik.

Masih banyak kegiatan dan wadah yang diberikan oleh MTA Al-Amien Prenduan dalam melakukan ikhtiar sebagai tempat pendidikan yang mencetak para ilmuan. Dengan fondasi keilmuan yang berlandaskan Al-Qur’an dan sunnah yang mereka hafalkan, semoga MTA Al- Amien Prenduan dapat mencetak kader-kader mundziru al-qoum yang mutafaqqih fi ad-dien, berjiwa IMTAQ, berakhlak qurani, berbekal IPTEK, dan memiliki ciri-ciri khusus sebagai hamalatul qur’an yang mampu mengimplemintasikan nilai, ajaran dan isi kandungan Al-Qur’an dalam kehidupan. Dengan itu akan lahir ilmuan-ilmuan hebat dengan basis ilmu keagamaan yang kuat.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan