Mengulik Kenakalan Santri di Pondok

3,377 kali dibaca

Santri pada umumnya masih tergolong usia remaja, berada pada masa transisi dari masa anak-anak ke masa awal dewasa. Seperti remaja pada umumnya, santri juga berada masa perubahan emosi, tingkah laku, pola pikir, dan perubahan tubuh. Sebagai remaja, santri juga berada pada masa proses pencarian jati diri atau identitas diri dengan melakukan banyak hal, sesuai dengan apa yang diinginkan, di mana pun dan kapan pun.

Kondisi emosi yang masih labil itu bisa mendorong remaja, dan juga santri sebagai seorang remaja, melakukan hal menyimpang yang merugikan diri sendiri maupun masyarakat di sekitarnya, yang dikenal sebagai kenakalan remaja.

Advertisements

Lalu, apakah di pesantren sebagai lembaga pendidikan agama juga terjadi kenakalan remaja yang dilakukan para santri yang selama ini dikenal berperilaku laku dan bermoral?

Memang, pondok pesantren yang dihuni para santri adalah tempat yang dipandang ideal untuk belajar agama dan pendidikan karakter. Pada umumnya, para orangtua pun berpandangan bahwa untuk menjauhkan anaknya dari pengaruh negatif lingkungan luar, maka anak-anaknya dikirimkan ke pesantren.

Tapi  ternyata, sekarang ini kenakalan remaja bisa terjadi di mana pun, termasuk di lingkungan pesantren. Santri yang mayoritas masuk ke dalam usia remaja, seringkali masih masih tidak bisa mengalahkan egonya sendiri, dan mereka akhirnya melakukan hal-hal yang dianggap baru dan  sekadar untuk memuaskan keingintahuan, tanpa melihat unsur dan dampak negatif atau positif dari apa yang mereka lakukan. Karena itu, pelanggaran di lingkungan pesantren bukan lagi hal tabu.

Bagi seseorang yang pernah mengenyam kehidupan di pesantren, pelanggararan dan sanksi atau yang lebih popular disebut takzir sudah tidak asing lagi ditelinga. Di pesantren biasanya memang dibuat peraturan dan takzir dengan tujuan agar lingkungan yang aman, tentram, dan kondusif  untuk belajar. Tapi ternyata masih saja banyak santri yang melakukan penyimpangan atau melanggar peraturan.

Biasanya, pelanggaran atau penyimpangan yang lazim dilakukan santri di pesantren adalah membolos dari sekolah, tidak mengikuti kegiatan pondok, keluar pondok tanpa izin, mengambil barang yang bukan miliknya, berkelahi dengan teman, atau mengambil jatah pembayaran. Bahkan ada pula santri yang sampai melakukan hal-hal yang dilarang syariat agama. Semua hal itu adalah sebagian dari pola tingkah laku santri yang bisa dikatakan masuk ke dalam kategori kenakalan remaja.

Banyak faktor yang menyebabkan hal itu terjadi. Misalnya, adanya dorongan yang kuat untuk mengetahui atau merasakan hal hal baru, penguasaan ego yang belum sempurna, kebosanan akan kehidupan pesantren yang monoton, dan adanya paksaan dari pihak tertentu untuk masuk dalam lingkup kepesantrenan. Ada pula faktor kelompok pertemanan yang membuat kenakalan tersebut biasa dilakukan bersama dengan saling mengajak satu sama lain. Banyak santri yang mengaku alasan melakukan pelanggaran tersebur dikarenakan terbawa akan suasana lingkungan luar yang dulu pernah dirasakan sebelum hidup di pesantren.

Lalu apa yang harus dilakukan menghadapi adanya kenakalan remaja di lingkungan pesantren?

Melihat fenomena tersebut, seseorang yang terlibat dalam lingkungan pesantren harus mempunyai banyak akal untuk meyingkapi keadaan tersebut. Kondisi internal pesantren mempunyai peran penting dalam merespons fenomena tersebut. Seperti, membenahi dan menambah pengawasan terhadap lingkungan pesantren. Ini penting agar bisa meminimalisasi celah terjadinya pelanggaran yang dilakukan para santri. Hal itu juga dilakukan untuk mencegah pengaruh kenakalan remaja kepada santri.

Selain itu, memberikan sanksi/takzir bagi santri yang melakukan kenakalan dirasa sangat perlu untuk menimbulkan efek jera. Tapi, pendekatan persuasif dan edukatif juga penting dilakukan agar terbangun kesadaran dalam diri santri untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Dengan membangun kesadaran diri, santri akan berpikir untuk melakukan kesalahan kedua kalinya.

Ada kalanya campur tangan orang tua santri juga diperlukan untuk menangani kenakalan remaja yang dilakukan oleh santri. Sebab, dalam kenyataannya, dalam banyak kasus, kenakalan santri juga disebabkan faktor kondisi keluarga kurang harmonis. Banyak juga orang tua yang melepas  begitu saja anaknya setelah masuk pesantren, sehingga kurang komunikasi antara anak dan orang tua.

Jika faktor-faktor tersebut terjaga dan terpenuhi, maka akan didapatkan lingkungan pesantren  yang aman, tentram, dan kondusif untuk pembelajaran.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan