Mengenal Sabilul Jannah, Kitab Fikih Praktis Karya KH Ghazali Ahmadi

1,905 kali dibaca

Di pondok pesantren, fikih selain termasuk salah satu kitab paling populer di kalangan santri, juga menjadi bacaan wajib. Apalagi di tingkat Ma’had Aly, fikih seakan telah menjadi “makanan sehari-harinya”. Sebab, dapat mengantarkan seorang hamba menuju Tuhan melalui jalur beribadah kepada-Nya. Karenanya, belajar fikih merupakan suatu keniscayaan (wajib) bagi seluruh umat Islam.

Dari saking urgennya, tidak sedikit para ulama menelurkan karya-karya di bidang fikih, tak terkecuali ulama-ulama Nusantara, di antaranya Allah Yarham Sang Maha Guru KH Ghazali Ahmadi. Kiai Ghazali Ahmadi merupakan salah satu santri kinasih KHR As’ad Syamsul Arifin, pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Situbondo. Kiai Ghazali Ahmadi kemudian menjadi pengasuh Pondok Pesantren Zainul Huda, Duko Laok, Arjasa Sumenep.

Advertisements

Mungkin publik tidak banyak yang mengetahui akan sosok Kiai Ghazali ini. Namun, diakui atau tidak, Kiai Ghazali merupakan salah seorang ulama Nusantara yang dikenal sangat produktif dengan menulis beberapa kitab. Ada sekitar 10 karangan lebih yang sudah terlahir dari ketekunan Kiai Ghazali. Salah satu karyanya yang sangat monumental dan masih eksis dikaji sampai saat ini ialah kitab Sabilul Jannah.

Sabilul Jannah merupakan kitab fikih praktis yang dikarang oleh Almarhum KH Ghazali Ahmadi. Menariknya, kitab ini tidak seperti kebanyakan kitab fikih pada umumnya yang dikenal akan tingkat kerumitan dan kesulitannya, khususnya bagi para pemula. Namun, Sabilul Jannah ditulis berbahasa Madura dengan Arab Pegon. Dengan tujuan untuk mempermudah bagi pemula yang hendak belajar ilmu agama (ikhwal furudhul ainiyah).

Pun, di bagian awal kitab Sabilul Jannah, Kiai Ghazali menulis 12 kitab yang menjadi rujukannya, mulai dari Ihya Ulumuddin, I’anah al-Thalibin, Kifayatul Akhyar, Durratun Nasihin, dan lain sebagainya. Sayangnya, kitab Sabilul Jannah ini tidak memuat keterangan tahun kapan ditulis. Yang pasti, kitab ini ditulis pada waktu Kiai Ghazali masih menjadi santri di Pondok Pesantren Sukorejo, Situbondo. Sebab, kitab ini dijilid bersamaan dengan karya KHR As’ad Syamsul Arifin, yaitu Isra’ Mi’raj.

Kiai Ghazali dalam kitab Sabilul Jannah ini mengulas secara lugas ikhwal pembahasan fikih ibadah. Dan, komposisi kitab ini terdiri dari 39 halaman dengan terbagi menjadi tujuh sub-pembahasan.
Pertama, kitab Sabilul Jannah menjelaskan tentang niat mandi, baik yang wajib (seperti; mandi junub, haid, nifas, dan wiladah) maupun sunah (yaitu; mandi Jumat, hari raya Idul Adha-Fitrih, ketika matahari sakit-bulan sakit, mohon hujan, dan mandi setelah memandikan mayat).

Kedua, menjelaskan tentang fardu-fardunya wudhu, yang mana fardu wudhu terdapat enam macam; niat, membasuh wajah, membasuh dua tangan sampai kedua siku, mengusap sebagian kepala/rambut, membasuh dua kaki hingga kedua mata kaki dan terakhir adalah berurutan. Kemudian juga menjelaskan tata-cara niat wudhu disertai dengan doa setelah ber wudhu.

Ketiga, membahas masalah tayamum yang disertai dengan ketentuan-ketentuan (syarat) bolehnya seseorang melakukan tayamum, seperti ketiadaan air untuk digunakan berwudhu setelah ia mencarinya, atau terdapat air tetapi dijual dengan harga di luar kebiasaan/sangat mahal dan adanya penghalang untuk melaksanakan wudhu; sakit dan terdapat luka yang sangat membahayakan pada anggota badan.

Keempat, membahasa perkara-perkara yang disunahkan untuk dilakukan sebelum salat; azan, ikamah, doa setelah azan, tata-cara menjawab azan, dan zikir sebelum salat. Kemudian, Kiai Ghazali memberi sedikit penjelas, yaitu “barang siapa yang azan kemudian ia membaca doa azan, maka Allah akan memasukkan dia ke dalam surga tanpa dihisab amal perbuatannya. (Kiai Ghazali mengutip keterangan ini dari kitab I’anah al-Thalibin, Juz I, hal, 243).

Kelima, Kiai Ghazali menjelaskan tata cara salat secara lugas dan terperinci. Pembahasan ini terbagi menjadi beberapa macam. Macam pertama, membahas ikhwal niat salat lima waktu, mulai dari niat salat zuhur hingga salat subuh disertai dengan tata cara niat bagi seorang makmum dan imam salat.

Macam kedua, praktik melaksanakan salat beserta bacaan-bacaan (zikir) yang dianjurkan setelah salat. Macam ketiga, juga dijelaskan ikhwal salat yang sunah dilakukan, baik sebelum salat lima waktu maupun setelahnya, seperti salat dua rakaat sebelum salat zuhur, ashar, dan subuh dan dua rakat setelah salat maghrib dan isya.

Macam keempat, praktik dan ketentuan-ketentuan melaksanakan salat Jumat beserta amalan-amalan yang dianjurkan untuk dibaca. Misalnya, barang siapa yang membaca al-Fatihah, al-Ikhlas, al-Falaq, dan an-Naas masing-masing sebanyak tujuh kali ketika imam selesai membaca salam salat Jumat, dan sebelum melipat kakinya, maka Allah akan mengampuni dosanya yang lalu dan sekarang, serta akan diberi pahala sebanyak orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.

Selain itu, Kiai Ghazali juga menjelaskan bahwa barang siapa yang konsisten (istikamah) membaca zikir الهى لست للفردوس اهلا الخ maka, seseorang itu tidak akan meninggal melainkan membawa iman dan Islam dalam dirinya.

Keenam, Kiai Ghazali menjelaskan tentang masalah puasa, mulai dari niat puasa baik puasa wajib maupun sunah dan doa hendak berbuka puasa hingga bacaan nida’ salat tarawih dan witir dan doa setelah salat tarawih dan witir. Tidak sekadar itu, Kiai Ghazali juga menyuguhkan tentang kapan waktu turunnya malam Lailatul Qadhar.

Menurutnya, seseorang dapat mengetahui Lailatul Qadhar melalui hari pada tanggal satu kali pertama bulan Ramadhan. Misal, apabila tanggal satu bertepatan dengan hari Ahad atau Rabu, maka Lailatul Qadhar jatuh pada tanggal 29. Jika hari Senin, maka tanggal 21. Namun jika bertepatan dengan hari Selasa dan Jumat, maka jatuh pada tanggal 27. Jika Kamis, maka pada tanggal 25. Dan apabila pada hari Sabtu, maka jatuh pada tanggal 23.

Ketujuh, Kiai Ghazali menjelaskan praktik dan syarat menyembelih hewan, baik hwqan qurban dan aqiqah. Di antaranya; menghadap kiblat, membaca basmalah, dan lain-lain. Namun, apabila yang hendak disembelih adalah hewan qurban, maka disunahkan membaca doa:
انى وجَّهت وجهى للذى فطرالسموت والارض حنيفا وما انا من المشركين. اللهم صل على سيدنا محمد وال سيدنا محمد. اللهم هذا منك واليك فتقبل منى. الله اكبر الله اكبر لااله الا الله والله اكبر الله اكبر ولله الحمد بسم الله الله اكبر.

Demikianlah, sebagian pembahasan yang terdapat dalam kitab Sabilul Jannah karya Almarhum KH Ghazali Ahmadi, yang dapat diulas pada tulisan pendek ini. Semoga bermanfaat. Wallahu A’la.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan