Mengenal Kitab Tafsir Cinta Karya Said Ramadhan Al-Buthi

396 views

Pada umumnya, kitab tafsir Al-Qur’an kebanyakan hanya membahas seputar hukum, akidah, atau syariat. Atau kemukjizatan Al-Qur`an. Nyaris tak ada kitab tafsir yang secara khusus membahas (ajaran-ajaran) cinta dalam Al-Qur’an. Untuk mengisi kekosongan itulah, Sa’id Ramaḍān al-Būṭī menulis kitab Al-Hubb fī al-Qur`ān, yang berisi tafsir cinta dari ayat-ayat Al-Qur’an.

Sa’id Ramaḍān al-Būṭī merupakan seorang ulama dan cendekiawan abad ke-21 yang berasal dari Turki. Nama lengkapnya adalah Muhammad Sa’īd Ramadhan al-Būṭī bin Mulla Ramaḍān bin Umar al-Būṭī. Ia lahir dari keluarga yang cerdas dan religius pada 1929 M/ 1347 H di Buthan, Turki. Ayahnya, Syekh Mulla Ramaḍān, juga merupakan seorang ulama besar di Turki.

Advertisements

Sejak kecil, Sa’īd Ramadhan al-Būṭī berguru kepada ayahnya. Dari ayahnya ia mendapatkan wawasan ilmu yang tinggi. Ia akhirnya dikenal sebagai ulama yang aktif menulis. Selain kitab Al-Hubb, karya-karya lainnya mencakup berbagai bidang, di antaranya yaitu Fiqh al-Sīrah, Min Rawā’i al-Qur`ān, al-Salaiyyah Marḥalah Zamaniyah Mubārokah lā Madh-hab Islāmiy. Al-Jihād fī Islām, dan masih banyak lagi.

Sa’īd Ramaḍan al-Būṭī wafat saat sedang mengisi kajian rutinan tafsir di Masjid al-Imam Damaskus, pada 21 Maret 2013 M atau 9 Jumadill Awal 1434 H. Ia wafat dalam keadaan syahid karena bom bunuh diri yang terjadi saat mengisi kajian tersebut. Ia wafat saat berusia 84 tahun. Kemudian, jenazahnya disalatkan di Masjidd Umayyah dengan ribuan jamaah dari berbagai daerah, seperti Yordania dan Lebanon. Setelah itu, janazahnya dimakamkan di samping makam Sultan Shalahuddin al-Ayyubi.

Sebagaimana yang dikatakan Sa’īd Ramaḍan al-Būṭī pada kata pengantar dalam kitabnya, bahwa yang melatarbelakangi penulisan Al-Hubb fī al-Qur`ān ini adalah karena tiadanya penulis maupun pengarang buku, peneliti, juga seminar-seminar yang membahas tentang cinta dalam Al-Qur`an. Kebanyakan kitab tafsir hanya membahas seputar hukum, akidah, dan syariat.

Selain itu, adajuga yang hanya membahas tentangg kemukjizatan Al-Qur`an, kisah-kisah dalam Al-Qur`an, retorika Al-Qur`an, dan semacamnya. Tidak ada satupun yang membahas mengenai cinta dalam Al-Qur`an. Padahal, pembahasan tentang cinta merupakan hal yang senantiasa dibicarakan karena cinta memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan umat manusia. Supaya cinta itu tidak menjadi hal yang membahayakan, maka sudah seharusnya kita memahami cinta yang sesungguhnya sesuai dengan Al-Qur`an.

Cukup banyak ayat-ayat Al-Qur`an yang membahas tentang cinta. Dalam Al-Qur`an kita diajarkan supaya tidak mencintai segala hal yang tidak layak dicintai. Sebagaimana yang diselidiki Sa’īd Ramaḍan al-Būṭī, penyebab kebanyakan orang berpaling dari petunjuk dan ketetapan Al-Qur`an ialah karena dalam Al-Qur`an hati diarahkan untuk mencintai sesuatu yang tidak disukai hawa nafsu.

Metode yang digunakan Sa’īd Ramaḍan al-Būṭī dalam kitab menulis al-Ḥubb fī al-Qur`ān adalah menggunakan metode mauḍū’i (tematik), karena dalam kitab ini hanya bertemakan cinta yang ada dalam Al-Qur`an. Kemudian, sumber yang digunakan ialah sumber bi al-ra’yi.

Al-Būṭī dalam kitabnya ini hanya menyebutkan ayat-ayat yang sesuai dengan teori praktis kesufiannya, yaitu al-ḥubb (cinta). Sehingga dapat disimpulkan bahwa corak yang ada dalam kitabnya ialah corak sufi.

Contoh penafsiran ayat Al-Qur`an yang dilakukan Sa’īd Ramaḍan al-Būṭī ialah sebagaimana berikut:

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Artinya: Katakanlah! Jika kalian mencintai Allah maka ikutilah aku (Muhammad). Maka Allah akan mencintai dan maengampuni dosa-dosa kalian. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Pengasih.

Mengenai ayat tersebut, al-Būṭī menafsirkannya berdasarkan teori kesufian. Tanda seseorang benar-benar mencintai Allah adalah ketika ia telah menjalankan apa yang Allah perintahkan dan apa yang Allah larang.

Ketika cintanya meningkat, maka akan membuatnya melakukan apapun untuk mendekatkan dirinya pada kesempurnaan cinta-Nya. Tidak hanya sebatas pada yang wajib, tapi juga yang disunnahkan supaya menjadi sempurna amalan wajib yang dilakukannya. Seseorang tak akan peduli jika harus melewati kesulitan ketika menempuh jalan tersebut. Dan kecintaan pada Allah akan membuahkan rasa rindu yang sangat untuk bertemu dengan-Nya.

Menurut tafsir al-Būṭī, Allah menganugerahi rasa cinta. Jadi, merupakan hal yang wajar jika sesorang mencintai sesamanya. Namun, dalam Al-Qur`an, Allah memperingatkan manusia untuk tidak mencintai manusia melebihi cintanya kepada Allah. Sebagaimana dalam firman-Nya Qs. Al-Baqoroh: 165:

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ..

Artinya: Dan di antara manusia ada yang menjadikan tandingan dari selain Allah. Mereka mencintai seperti mereka mencintai Allah. Dan orang-orang yang beriman sangat dahsyat cintanya kepada Allah.

Al-Būṭī menafsirkan kata أَنْدَادًا dengan segala sesuatu yang bisa dijadikan sekutu, termasuk dalam perkara cinta. Al-Būṭī menafsirkan ayat tersebut dan menghubungkannya dengan ayat-ayat berikut sebagaimana dalam firman-firman Allah yang lain:

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ [ال عمران: ۳/١٤]

قُلْ إِنْ كانَ آباؤُكُمْ وَأَبْناؤُكُمْ وَإِخْوانُكُمْ وَأَزْواجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوالٌ اقْتَرَفْتُمُوها وَتِجارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسادَها وَمَساكِنُ تَرْضَوْنَها أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفاسِقِينَ [التوبة: ٩/٢٤]

Pada ayat-ayat tersebut, disebutkan bahwa merupakan sesuatu yang telah Allah tetapkan memiliki keterkaitan dengan wanita, anak-anak, anggota keluarga lainnya, harta, dagangan, dan lain-lain. Pada ayat lainnya juga disebutkan bahwa cinta manusia itu cenderung berlebihan yang hal ini menjadi peringatan yang keras jika sampai menyetarakan cintanya kepada Allah.

Multi-Page

One Reply to “Mengenal Kitab Tafsir Cinta Karya Said Ramadhan Al-Buthi”

Tinggalkan Balasan