Kiai Muhyiddin, “Guru Alif” Pejuang Pendidikan

876 kali dibaca

Kiai Muhyiddin lahir di Desa Cangkreng, Kecamatan Lenteng, Sumenep, Madura. Ia dikenal sebagai sosok yang gigih dan ikhlas dalam mendirikan lembaga pendidikan madrasah. Sebagai guru “alif”, Kiai Muhyiddin mengabdikan dirinya dalam perjuangan sepanjang hayat, mengemban tanggung jawabnya dan memberikan teladan yang kuat kepada masyarakat sekitar.

Dalam setiap sikap dan langkahnya, Kiai Muhyiddin selalu menunjukkan dedikasi yang luar biasa dalam menjalankan perannya sebagai tokoh masyarakat dan panutan, menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang.

Advertisements

Sebagai seorang pendiri Madrasah Khoirul Ulum yang berlokasi di Desa Cangkreng, Kiai Muhyiddin (diperkirakan meninggal tahun 1989) memulai perjalanannya dengan tekad yang bulat. Ia mengatasi berbagai tantangan dan rintangan dengan semangat yang tak pernah pudar. Setiap langkahnya dalam membangun madrasah tersebut merupakan bukti nyata dari dedikasinya yang tulus untuk meningkatkan pendidikan dan kesejahteraan batin masyarakat di sekitarnya.

Tak hanya dalam bidang pendidikan, Kiai Muhyiddin juga dikenal sebagai sosok yang memiliki integritas tinggi dalam berjuang. Kecemerlangan akhlaknya menjadikannya panutan bagi banyak orang. Meskipun dihadapkan dengan kesulitan dan ujian kehidupan, ia tetap tegar dan tulus dalam menghadapinya. Kemampuannya untuk menjaga keikhlasan dalam perjuangannya adalah bukti betapa besar pengaruhnya terhadap masyarakat yang ia layani.

Sepanjang hayatnya, Kiai Muhyiddin terus mengabdikan dirinya untuk masyarakat, memberikan bimbingan, dukungan, dan nasihat yang berharga. Dengan bijak, ia membimbing generasi muda untuk memiliki semangat juang dan kepemimpinan yang tangguh. Keberadaannya menjadi cahaya dalam kegelapan, membimbing masyarakatnya menuju ke arah yang lebih baik.

“Bapak saya termasuk sosok yang sangat peduli terhadap madrasah. Sejak awal (sekitar sejak 1950), Beliau mengajar mengaji di sebuah surau sederhana setelah salat maghrib dan isya,” demikian KH Syafi’i mengatakan kepada penulis saat wawancara di kegiatan Kuliah Pengabdian Masyarakat (KPM) STIT Aqidah Usumuni Sumenep beberapa waktu yang lalu.

KH Syafi’i adalah anak tertua dari Kiai Muhyiddin. Sekarang, Beliau yang mengelola Madrasah Diniyah yang belakangan diberi nama MD Khairul Ulum. Sebagai anak tertua dari enam bersaudara, KH Syafi’i punya tanggung jawab besar untuk meneruskan warisan lembaga pendidikan dari orang tuanya. Hingga saat ini, Beliau sudah berumur lebih dari 63 tahun, namun semangat pengabdiannya tidak pernah pudar hingga di usia senja. Penulis salut dengan semangat, keikhlasan, komitmen, dan dedikasi KH Syafi’i yang merupakan cerminan dari tekat dan semangat Kiai Muhyiddin.

Kiai Muhyiddin, pendiri Madrasah Khoirul Ulum di Desa Cangkreng, Kecamatan Lenteng, adalah contoh nyata dari kegigihan, ketulusan, dan dedikasi yang tiada henti dalam memperjuangkan pendidikan dan kesejahteraan masyarakat. Jejak perjalanan hidupnya akan selalu diingat sebagai inspirasi bagi semua orang yang mengenalnya. Hingga saat ini murid-murid yang Beliau asuh sudah tersebar luas di berbagai tempat. Hal itu sebagai bukti bahwa keikhlasan kerja Beliau melahirkan orang-orang yang dekat kepada kebaikan dan kebajikan.

Pada setiap langkahnya, Kiai Muhyiddin membuktikan bahwa kegigihan dan komitmennya tidak pernah kendur. Ia terus bekerja keras untuk mengembangkan Madrasah Khoiril Ulum menjadi pusat pendidikan yang berkualitas dan berakhlak mulia. Meskipun menghadapi berbagai keterbatasan, ia selalu menunjukkan keuletan yang luar biasa dalam mengatasi tantangan dan menggapai tujuannya.

Tak hanya di dalam lingkup pendidikan, tetapi Kiai Muhyiddin juga aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan kemanusiaan. Ia dengan rendah hati mengabdikan dirinya untuk membantu masyarakat yang membutuhkan, tanpa mengharapkan balasan apapun. Kiprahnya sebagai seorang pemimpin masyarakat menjadikan dirinya sebagai teladan yang patut diikuti oleh generasi penerus. Aplikasi bentuk kegigihan Beliau adalah mendirikan pengajian yang dihadiri oleh masyayikh dari PP Annuqayah Guluk-Guluk Sumenep. KH Amir Ilyas (alm) adalah salah satu kiai Annuqayah yang secara rutin mengisi pengajian di Desa Cangkreng. Semua itu terjadi atas prakarsa dan pengabdian Kiai Muhyiddin.

“Sampai saat ini pengajian itu masih berlanjut. Diganti oleh putra Beliau yaitu KH. Muhsin Amir,” demikian KH Syafi’i menjelaskan kepada penulis, terkait dengan pengajian yang diprakarsai oleh K. Muhyiddin.

Hingga akhir hayatnya, Kiai Muhyiddin tetap memancarkan semangat dan kebijaksanaan. Meskipun usianya bertambah, ia tidak pernah kehilangan tekadnya dalam mendukung perkembangan pendidikan dan kesejahteraan masyarakatnya. Pemikiran-pemikirannya yang dalam dan pandangan jauh ke depan menjadikannya sebagai sumber inspirasi bagi semua orang yang berinteraksi dengannya.

Kiai Muhyiddin adalah contoh nyata seorang tokoh pendiri yang tak hanya mendedikasikan hidupnya untuk memajukan pendidikan dan kesejahteraan masyarakat, tetapi juga sebagai pribadi yang tegar, ikhlas, dan selalu memberikan yang terbaik bagi orang-orang di sekitarnya. Warisan perjuangannya akan terus dikenang dan diapresiasi oleh banyak orang, serta akan terus menginspirasi bagi generasi di masa yang akan datang. Wallahu A’lam!

Multi-Page

Tinggalkan Balasan