Kiai Chamzawi, Istikamah Ngaji Bareng Pemulung

563 kali dibaca

Sehari menjelang perayaan Hari Ulang Tahun ke-78 Kemerdekaan Republik Indonesia yang baru lalu, persisnya pada Rabu, 16 Agustus 2023, masyarakat muslim Indonesia kehilangan salah satu ulama besar. Rabu lalu itu, KH Chamzawi yang Rais Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Malang, Jawa Timur, wafat.

Selama hidupnya, Kiai Chamzawi dikenal sebagai sosok yang rendah hati, tawadhu, dan penuh kesabaran. Misalnya, meskipun telah menjadi sosok ulama dan akademisi yang disegani, Kiai Chamzawi tetap istakamah dengan telaten dan sabar memberi pengajian di kawasan permukiman para pemulung. Bahkan sampai tujun lamanya pengajian di kampung pemulung itu terus dilakoni Kiai Chamzawi.

Advertisements

Itu hanya bagian kecil dari begitu banyak kebaikan yang ditinggalkan Kiai Chamzawi.

Kiai kharismatik ini lahir di Sulang, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, pada 8 Agustus 1951. Istrinya bernama Sri Wahyuni. Dari pernikahannya, Kiai Chamzawi dikaruniai 5 orang anak dengan 4 putra dan 1 putri.

Kiai Chamzawi muda menempuh pendidikan di Rembang (1964) sampai pada akhirnya hijrah ke Pesantren Lirboyo (mutakhorijin tahun 1973). Dari Rembang, Kiai Chamzawi hijrah ke Malang, Jawa Timur, untuk meneruskan studi sarjana muda dan sarjana lengkap di Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Cabang Malang dan lulus pada 1981. Rupanya, semangat akademik Kiai Chamzawi kian meningkat. Ia terus menempuh program S2 di Universitas Islam Malang dan pada 2006.

Karier akadamik Kiai Chamzawi dimulai ketika menjadi dosen di Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Cabang Malang (sekarang UIN Maulana Malik Ibrahim Malang). Selain itu, Kiai Chamzawi juga pernah mengajar di Universitas Islam Malang (Unisma) dan beberapa lembaga pendidikan Islam di Gondanglegi Kabupaten Malang. Dan sejak 1984, Kiai Chamzawi juga tercatat sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kementerian Agama.

Banyak cerita sosok Almaghfurlah KH Chamzawi dari santri hingga kolega. Pemangku Pesantren Darma Nawa Jedong Wagir Malang, Umar Faruq, misalnya, mengenang sosok Kiai Chamzawi saat Pengajian Komunitas Pemulung di kawasan Dinoyo, Kota Malang berlangsung antara 2003-20010.

Bang Umar, sapaan akrabnya, mengisahkan, kala itu dirinya masih mengenyam di kuliah Strata I di kampus yang sekarang menjadi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Dirinya sering menghaturi Kiai Chamzawi untuk mengisi ngaji di komplek pemukiman pemulung.

“Tepatnya di sebuah ruangan yang dipenuhi tumpukan sampah dan dipengapi aroma anyir, lalu dipaksa jadi mushala,” ungkap Bang Umar, Kamis (16/08/2023).

Pria yang juga dosen UIN Malik Ibrahim Malang ini menerangkan, Kiai Chamzawi selalu istikamah ngaji di kawasan pemulung dengan caranya sederhana. Mulai pembacaan tahlil, maulid Ad-Diba’i, lalu tausiyah Kendati acara dan suasana di pemukiman pemulung itu sangat bersahaja, Kiai Chamzawi selalu istikomah hadir.

“Padahal, yang hadirpun bukan orang-orang penting. Hanya beberapa emak dan bapak pemulung, ditambah segelintir mahasiswa sebagai penggerak,” kenangnya.

Pernah suatu saat, Bang Umar mengundang salah seorang kiai kondang. Awalnya menyanggupi hadir, akan tetapi, setelah tahu lokasi pengajiannya di pemukiman pemulung, kiai kondang tersebut serta merta membatalkan secara sepihak.

Hal ini berbeda dengan Kiai Chamzawi. Meskipun, telah menjadi seorang kiai, akademisi, dan Rais PCNU Kota Malang, Kiai Chamzawi tetap berkenan datang ke perkampungan pemulung memberikan pengajian dan bimbingan dengan telaten dan tulus.

Sebab, bagi Kiai Chamzawi, kesuksesan dakwah dan tarbiyah itu bukan dilihat dari berapa ribu jamaah yang datang, atau siapa saja yang hadir, atau seberapa mewah acara itu digelar. Akan tetapi, berdakwah berkaca dari Kiai Chamzawi adalah bagaimana seorang guru piawai menjaga keikhlasan dan keistikamahan dalam berdakwah.

“Bahkan saya masih punya dokumentasi ketika Kiai Chamzawi menuntun sepasang suami istri bersyahadat di musala yang dipenuhi sampah saat itu,” jelas Bang Umar.

Selain begitu perhatian dengan kalangan masyarakat bawah, Kiai Chamzawi juga dikenal sebagai sosok yang memiliki perhatian dan kepedulian besar terhadap generasi muda, terutama dari warga nahdliyyin.

Kesaksian itu diungkapkan Mahasiswa Magister UIN Malik Ibrahim Malang, Alif Saida. Alif yang juga Ketua PKPT Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) UIN Malang 2018-2019 ini mengenang sosok Kiai Chamzawi seperti orangtua sendiri.

“Bahkan ketika kami sowan, tidak hanya memberi nasehat, tidak hanya menghadiri undangan, tetapi juga beliau biasanya selalu memberi uang berapapun itu diberikan kepada kami,” ungkap Alif Saida.

Alif menuturkan dirinya sangat sering berinteraksi dengan Kiai Chamzawi, baik secara pribadi yang sama-sama alumni Pondok Pesantren Lirboyo Kediri maupun untuk urusan organisasi. Menurutnya, Kiai Chamzawi merupakan sosok kiai yang penuh perhatian kepada kaum muda.

“Bahkan ketika telah menjadi Rais PCNU, beliau masih tetap mengurusi kami-kami ini yang masih muda,” ujar Alif.

Pemuda yang masih nyantri di Pondok Pesantren Sabilur Rosyad Gasek Malang ini juga pernah mengaji kepada Kiai Chamzawi. Salah satunya mengaji Kitab Fathul Mu’in karangan Syekh Zainuddin Al-Malibari. Menurut Alif, Kiai Chamzawi sangat teliti dalam membaca kitab dan telaten dalam menjelaskan makna sekaligus penjabaran makna yang terkandung kitab.

Tak hanya itu, pemuda asal Lampung ini mengaku Kiai Chamzawi sosok yang sangat humble, mudah bergaul dengan siapa saja. Hal ini membuat kaum muda tidak sungkan. “Sehingga kami bisa ngobrol dengan beliau dengan santai. Jadi kita tidak canggung, itu kiranya keistimewaan yang mungkin jarang ditemui oleh kiai lain,” tutupnya.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan