KESENGSARAAN PALING ABADI

1,246 kali dibaca

MEMBASUH KALBU

Di dalam hati yang suci
Aku ingin beribadah
Menimba dosa yang karam
Sebab jiwaku berlubang

Advertisements

Iman adalah perekat
Paling lekat
Di setiap keadaan yang sukar
Bila nafsu berakar

Riau, 2021.

RASA-RASA BEBERAPA RASA-RASA

Jatuh cinta
Akan menuai bahagia
Bila berpisah
Akan menuai pedih
Bila terpaksa
Akan menuai siksa
Bila tiada rasa
Akan menuai sia-sia
Bila berjarak
Akan menuai rindu
Bila pergi
Akan menuai pilu

Akibat setiap rasa;
Adalah cinta dan benci—derita dan bahagia

Mereka sepasang takdir
Yang tak pernah berpisah

Riau, 2021.

KENANGAN YANG KEKAL

Tak ada lagi dapur yang berdebu
Ketika ibu meniup bara
Dengan sepotong bilah bambu
Untuk menciptakan menu

Sebagai pelengkap bahagia
Meski banyak gusar di dada
Suka cita
Tak boleh lesap
Seperti asap yang lenyap

Di tungku
Kami kehilangan tawa
Setiap api yang menyala
Ada kebahagiaan yang terbakar
Ingatan meniup bara kesedihan
Bersama lenyapnya kayu
Lenyap pula harapan itu

Kepergian tak bisa dijemput
Yaitu kehilangan yang tak kembali
Sebuah luka yang mengaliri
Sepanjang ingatan menggali rindu
Kenangan akan terkenang
Pada ibu yang telah pulang

Riau, 2021.

LAKON DALAM SEMESTA

Kita adalah tokoh dalam cerita
Semesta yang menulisnya
Sedangkan takdir adalah naskahnya
Tuhan sutradara paling sempurna

Terkadang kita ingin menjadi itu
Namun peran menjadikan kita begitu
Sebab, setiap peristiwa
Seperti perasaan cinta

Ia juga ingin bertempat pada yang tepat
Serta kuat dalam menjalani lika-liku
Dalam kehidupan yang ketat
Oleh cobaan, dan pembuktian

Riau, 2021.

KESUNYIAN

Kurawat sunyi dalam sendiri
Agar ia tak menjadi duri
Dalam hatiku yang sufi

Setelah ketiadaanmu bagaikan daun
Jatuh ke tanah lalu musnah
Aku tak pernah pasrah

Bila duka memukul
Aku akan merangkul
Bila bahagia berlari
Aku akan mengejar
Meski sunyi kian sansai
Hidup tanpa Tuhan
Kesengsaraan paling abadi

Riau, 2021.

ilustrasi: kompasiana.

Multi-Page

One Reply to “KESENGSARAAN PALING ABADI”

Tinggalkan Balasan