KAYU RAYAP
Dua kali lima dalam sehari
Pendatang memuja kanan dan kiri
Berbicara dengan bahasa pun kadang mengiri 
Lambat laun sambil diberi makan isi kari 

Suara-suara beribu tiada nama 
Berpendar seperti kata 
Mengucap tak pakai isi hati 
Berkelakar seperti paling tahu sanubari 
Dua ribu tahun 
Dari akar, cacing bergeliat 
Berpucuk menjadi ulat 
Berranting menjelma lalat 
Berpohon dengan lebat 
Suara yang terdengar 
Tak soal satu atau dua 
Hidup yang ditancap 
Tak soal kawan atau lawan 
Mari bergembira 
Kayu itu berkeropos tua 
Sebentar jua berganti semen dan baja 
Habis dari tanah 
Pulang ke tanah 
Surabaya, 1 September 2024 .
KEHAMPAAN
Sang riang pula senang
Tak segan tak bersedih
Walau berpendar
Ia pula bersinar penuh keelokan
Tak menaruh jawaban-jawaban
Makin semakin padam
Setiap kala menjadi penuh muram
Seolah langkah tak lagi bersumpah paham
Ibunda pun mengetuk pintu
Bertanya kapan berpulang kepada sang Hyang
Keramat-keramat berakhir di kuburan
Pujian berlatar istana dan puan kecantikan
Sudahi,
Lambat laun pun tak bermuara pasti
Hanya ancangan-ancangan yang memudar
Di balik juntai bayang-bayang
Sudah,
Sesak bertandang
Tak perlu bealamat derita
Cukup berkata suka
Sampai tanpa nyeksa
Surabaya, 2 September 2024.
PEREMPUAN
Kau ialah yang temaram
Berelok tanpa senyuman,
sejuta derita menghampar di ribuan peadaban
Namun airmu menghidupi jiwa bersuci nama
Kau ialah yang meredup
Tanpa lampu dengan cahaya
Bersama sendu dan nama tak bersyahdu
Seperti subuh kelam dengan mendungnya
Kau yang mencuci muka
Bertempat di riang duka
Menganga sayat luka
Mengiris satu per satu peluh tanpa seka
Perempuan,
Kutampak lamat-lamat wajahmu
Semburat harap berbuncah di sana
Seperti bulan indah dengan kawahnya
Perempuan,
Mari berpegang cerita
Cintamu yang berluas lautan
Biar kututup pakai hampar bumi dan surgawi
Walau tubuhmu ialah liang neraka
Tapi henti kau sudah berpenghuni senang dunia
Perempuan,
Tanpa nama
Kaulah harta tanpa takhta
Surabaya, 2 September 2024.

 
							 
  
  
  
  
 