Jejak Pemikiran Abduh dan Rashid Ridha dalam Tafsir Al-Manar

100 views

Tafsir al-Manār merupakan salah satu tafsir yang sangat populer di Indonesia, termasuk di lingkungan pondok pesantren. Salah satunya, mungkin, karena dalam penyusunannya al-Manār menggunakan bahasa yang sederhana dan tidak sulit untuk dipahami.

Yang menarik, Tafsir al-Manār ditulis oleh dua orang mufasir yang masih terikat hubungan murid dan guru, yaitu Muhammad Abduh dan Muhammad Rasyid Ridha. Keduanya dikenal sebagai ulama yang mengusung perubahan, baik dalam dunia pendidikan, sosial, maupun penafsiran.

Advertisements

Karena ditulis dua orang yang berbeda, pertanyaannya, apakah keduanya memiliki metode dan corak yang berbeda atau sama? Dan apa yang melatarbelakangi penulisan Tafsir al-Manār tersebut?

Sosok Abduh

Muhammad ibn Abduh ibn Hasan Khairullah, yang akrab disapa Muhammad Abduh, lahir tahun 1849 M di Desa Mahallat Nashr, daerah Al-Buhairah, Mesir. Abduh terlahir dari keluarga perdesaan yang sumber ekoniminya dari hasil pertanian. Keluarga dari ibu Abduh diketahui keturunan dari salah satu suku bangsa Arab, yaitu bani `Adi.

Pada tahun 1863 M, Abduh dikirim oleh sang ayah untuk belajar Al-Qur`an dan Tajwid di Masjid al-Mahdi, Ṭanṭa. Namun, masa belajar Abduh di Ṭanṭa ini tak berlangsung lama, hanya sekitar dua tahun. Hal ini dikarenakan metode belajar yang disuguhkan dirasa tidak tepat. Murid-murid diharuskan menghafal istilah-istilah nahu maupun fikih yang sebenarnya tidak mereka mengerti.

Pada tahun 1866, Abduh meneruskan pendidikannya di al-Azhar, Kairo, Mesir. Keadaan al-Azhar ketika masa Abduh terbilang masih terbelakang. Bagi Abduh, pelajaran di sana hanya mengungkapkan pendapat ulama terdahulu, tanpa adanya perbandingan atau mengantarkan mahasiswanya untuk melakukan penelitian.

Salah satu guru di al-Azhar yang sangat dikagumi Abduh adalah Jamal al-Din al-Afghani. Dari gurunya ini, Abduh mempelajari etika, politik, matematika, dan filsafat.

akhirnya, al-Afghani inilah yang berperan besar dalam perkembangan pemikiran Abduh dalam perjuangan untuk memajukan dunia Islam. Setelah dua tahun belajar dari al-Afghani, pemikiran Abduh mulai terbentuk. Pada tahun 1873 M, Abduh mulai menulis kitab yang membahas tentang filsafat, tasawuf, dan ilmu kalam. dalam karyanya, Abduh banyak mengkritik pendapat-pendapat yang dianggap keliru. Selain itu, Abduh juga menulis artikel pembaruan yang diterbitkan di surat kabar, hingga para guru di al-Azhar mendengarnya. Pada tahun 1877 M, Abduh dinyatakan lulus dari al-Azhar.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan