Ilmu Yakin Santri

4,857 kali dibaca

Ustadz Mukhyi menyampaikan pembahasan ketika mengaji di depan santrinya tentang ilmu yakin. “Tingkat keimanan itu ada tiga, yaitu yaqin, aiunul yaqin, dan haqqul yaqin. Dalam al Risalatul al Qusyairiyyah disebutkan, bahwa yaqin dalam pengertian tasawuf adalah sesuatu yang adanya disertai dengan syarat bukti (argumentasi/dalil); ainul yaqin adalah sesuatu yang adanya dengan hukum bayan (penjelasan); dan haqqul yaqin adalah sesuatu yang adanya dengan sifat terang. Ilmu yakin untuk pemilik akal, ainul yakin untuk pemilik ilmu, dan haqqul yaqin untuk pemilik makrifat.”

Para santri mendengarkan dengan khusyuk dan pulang kembali ke kamar masing-masing setelah Ustadz Mukhyi selesai mengaji. Sampai di kamar, kepala kamar mengeluh kepadaku bahwa ia sakit kepala, “Nang, kepalaku kok sakit ini. Tolong aku belikan obat budrex ya. Biasanya setelah minum itu sembuh.”

Advertisements

Aku mengiyakan, “Kalau nanti nggak ada obat budrex, ganti obat apa, Kang?”

“Cari di toko lain, Nang! Pokoknya harus obat itu. Kalau nggak budrex sakit kepalaku nggak sembuh.”

Aku bergegas minta izin keluar pondok untuk membeli obat yang dimaksud. Dicari ke beberapa toko, obat budrex tidak ketemu, habis, stok kosong, malah ditawari obat sakit kepala merek lain. Aku putus asa, ke mana lagi mencari, karena hari memang sudah malam, tentu toko terdekat pondok sudah tutup.

Sebelum sampai di kamar, aku memberi tahu temanku, kalau nanti aku menyerahkan obat, matikan trafometer kamar, biar dikira sedang pemadaman listrik.

“Ini Kang obat sakit kepalanya,” sebelum aku menyerahkan obat, aku memberi kode kepada temanku yang telah bersiap mematikan trafo. Pet! Gelap.

“Waduh, lampu mati Kang! Ini terima obatnya dan segera minum Kang! Aku akan menyalakan lilin,” dengan meraba-raba, aku segera menyerahkan obat budrex tadi kepada kepala kamarku yang juga segera meminumnya.

Tidak berselang lama kepala kamarku berkata, “Alhamdulillah, Nang! Kepalaku sudah sembuh. Memang obat budrex ampuh! Aku hanya cocok obat itu. Tapi, Nang, rasa obatnya kok beda ya, isis-isis gitu.”

Segera aku mengklarifikasi, “Itu obat budrex rasa baru, Kang! Rasa peppermint. Jadi ya isis-isis gitu.”

Temanku berbisik, “Memangnya yang kau berikan obat apa, Nang?”

“Ssstt…jangan keras-keras. Itu obat maag. Bentuknya sama bulat. Tadi aku cari ke mana-mana obat budrexnya nggak ada, ya diganti itu.”

Sambil berbisik temanku tertawa, “Ha-ha-ha… dasar kamu, Nang! Tapi, tampaknya kepala kamar kita telah sampai tahapan haqqul yaqin, sudah makrifat.”

Itulah kekuatan sugesti, ilmu yakin, tidak terlihat namun jika meyakini, maka kita akan ada, dalam keyakinan yang seyakin-yakinnya.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan