Gusdurian Bangkalan Gelar Haul dan Dialog Kebangsaan

984 kali dibaca

Gusdurian Bangkalan menggelar Haul KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) dan Dialog Kebangsaan yang bertempat di rumah makan Joglo, Socah, Bangkalan, Madura, Rabu (29/12/2021). Acara tersebut mengusung tema “Gus Dur Sudah Meneladankan Saatnya Kita Melanjutkan”

Acara diawali dengan tahlilan, setelah itu berlanjut ke dialog kebangsaan. Dalam dialog kebangsaan Gusdurian Bangkalan ini hadir tiga nara sumber, Ra M Faizi (penulis dan sastrawan Madura , RKh Nasih Aschal, S.P.d.i, (anggota DPRD Jatim), dan Dr Safi’, S.H., M.H. ( Dekan Fakultas Hukum UTM).

Advertisements

Dialog kebangsaan dibagi menjadi tiga sesi secara bergantian dari tiga nara sumber, yang dimoderatori oleh Saiful. Dibagi tiga sesi karena dari ketiganya mempunyai topik sendiri untuk disampaikan.

Sesi pertama tentang kearifan lokal, yang diisi oleh Ra M. Faizi. Ia menyampaikan, bahwa semasa Gus Dur, sesuatu yang dilakukannya selalu berdampak setelahnya. Artinya, bisa dirasakan saat ini dalam bernegara maupun beragama.

“Gus Dur membuka ruang besar bagi pesantren, sebab masa Orde Baru sangat menutupi itu. Sehingga lahirnya reformasi dapat mengubah itu semua,” jelasnya.

Tidak hanya itu, menurutnya, dari sisi kebudayaan, Gus Dur mampu memperkenalkan jati diri bangsa ke kancah internasional. “Sehingga keteladanannya tidak hanya konsep, tapi benar dan nyata keberadaannya dan sekarang (kita) bisa melanjutkannya,” tambahnya.

Terakhir, ia menyampaikan bahwa Gus Dur dikenal sosok yang sangat sederhana dan apa adanya. “Konsep kesederhanaan Gus Dur tidak menjadikan materi sebagai tujuan pertama. Buktinya Gus Dur sering tidak memegang uang dan bahkan sering ngutang,” jelas Faizi.

Sesi kedua tentang peran Gus Dur di Bangkalan, yang diisi oleh Dr Safi’. Dalam peresentasinya, Ia mengungkapkan, dirinya mengenal Gus Dur cukup lama walaupun tidak pernah bertemu secara langsung. Namun lewat karya-karyanya, dia dapat mengenal Gus Dur selama di pesantren.

“Mengenal Gus Dur sejak saya di pesantren. Karena sering banyak baca majalah Aula milik NU dan kebetulan di situ banyak tulisannya,” jelasnya.

Lebih lanjut, ia mengungkap bahwa Gus Dur sangat berperan penting dalam dunia pendidikan, khususnya di Madura. Salah satunya dengan menegerikan kampus Unibang (Universitas Bangkalan) beralih menjadi UTM (Universitas Trunojoyo Madura)

“Pada saat itu Unibang belum memenuhi syarat sebagai kampus. Namun Gus Dur mengatakan untuk tetap bisa dinegerikan dan untuk persyaratan bisa mengikuti setelah menjadi kampus negeri,” ungkapnya.

Sehingga menurutnya, kampus UTM harus mempunyai timbal balik dan penghargaan khusus bagi sosok Gus Dur dengan mengabadikannya di UTM. “Jika perlu membuat rekomendasi ke rektor untuk dapat merealisasikan itu, seperti membuat pojok Gus Dur di UTM,” lanjutnya.

Sesi ketiga tentang politik Gus Dur, yang diisi oleh RKh Nasih Aschal. Ia mengatakan, di dalam berpolitik, Gus Dur mampu merangkul segala elemen dan kelas masyarakat, sekalipun dirinya menjabat sebagai presiden.

“Ada hal-hal prinsip yang menjadi pegangan bagi sosok Gus Dur dengan segala kontroversinya, akan tetapi itu bagian dari fondasi bernegara dan demokrasi,” jelasnya.

Selain itu, Gus Dur juga mampu menyelesaikan dinamika di dalam partai dan memang itu bagian dari kedewasaan berdemonkrasi. Karena dirinya sangat berpegang teguh nilai keadilan dan kebenaran di dalam memimpin.

“Saya masih belum bisa menjadi politisi yang seperti Gus Dur, sehingga merasa minder dan tidak pantas. Karena Gus Dur sosok yang bisa berdiri atas pemikiran sendiri, berigtegritas, dan tidak diintervensi. Semua itu menunjukkan kesatriaannya dan jiwa kepemimpinannya,” tutupnya.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan