Garis Lucu Indonesia-Amerika

2,865 kali dibaca

Mengenang Gus Dur tiada habisnya. Selain dalam situs ini, kita bisa dapatkan tulisan-tulisan mengenai tokoh yang pernah menjadi Presiden Indonesia ini di mana pun. Tercecer rapih. Mengapa saya katakan demikian? Karena literatur yang membahas pemilik nama asli Abdurrahman Wahid itu tidak hanya terdapat dalam buku yang dipajang di toko-toko buku ternama. Lalu, tidak juga hanya terdapat di situs-situs yang terlihat menarik di Internet. Tapi bisa didapatkan dari berbagai macam sumber yang bahkan kita tidak mengira sama sekali siapa penuturnya. Mulai dari tukang becak, preman, sampai pengawal presiden, dan seterusnya.

Tak Ada Kerjaan
Di masa pemerintahannya, suatu waktu terjadi perbincangan hangat antara Gus Dur dan Bill Clinton, Presiden Amerika Serikat. Usai melaksanakan rapat, Gus Dur membuka pembicaraan dengan membahas tentang candaan Presiden AS sebelumnya, John F Kennedy.

Advertisements

Gus Dur menuturkan, suatu hari Kennedy mengajak para wartawan masuk ke ruangan presiden. Sampai di sebuah dinding berlubang yang biasa dijadikan tempat menaruh peralatan golf oleh Presiden Eisenhower, Kennedy menunjuk sambil meledek penghulunya tersebut, “Ini, loh, perpustakaan Eisenhower”.

Mendengar itu, Presiden Clinton tertawa terpingkal-pingkal. Foto beliau berdua dimuat di berbagai koran terbitan Amerika.

Melihat hal itu, kemudian humorolog Jaya Suprana bertanya dari mana didapatkannya cerita itu?

“Dari buku Ted Sorensen yang saya baca,” jawab Gus Dur santai.

“Lho, berarti Presiden Clinton tidak tahu cerita itu?” tanya Jaya lagi.

“Ya mungkin dia tidak tahu, sebab dia tidak baca buku. Mana mungkin Presiden Amerika baca buku. Kalau dia baca buku, berarti ketahuan nggak ada kerjaan.”

“Lah, kalau presiden Indonesia wajib baca buku. Sebab, nggak ada kerjaan,” lagi-lagi timpal Gus Dur santai.

Ho-oh

Masih tentang Amerika Serikat. Kali ini Presiden Clinton datang berkunjung ke Indonesia. Kemudian tersesat di suatu jalan, dan melalui pengawalnya, Clinton bertanya kepada penjual rokok pinggir jalan, “Apakah betul ini Jalan Sudirman?”

Jawab penjual rokok, “Ho-oh”.

Lantaran tidak mengerti dengan jawaban seperti itu, tanpa memperpanjang obrolan, Clinton langsung saja bertanya kepada polisi lalu lintas yang kebetulan sedang ada di sana.

“Apakah ini Jalan Sudirman?” tanyanya kepada polisi.

“Betul,” jawab polisi singkat.

Bertambahlah kebingungan si ajudan ini dengan jawaban yang berbeda tadi. Yang satu “ho-oh” dan yang satu lagi “betul.”

Kebetulan, Gus Dur dan pengawalnya sedang lewat di jalan itu. Tanpa sungkan, ajudan Clinton langsung saja bertanya, “Apakah ini Jalan Sudirman?”

“Iya, benar,” jawab Gus Dur.

Semakin bingung Clinton dan ajudannya dengan tiga jawaban yang berbeda itu. Untuk menghilangkan kebingungannya, ia bertanya lagi pada Gus Dur, mengapa saat ia bertanya pada tukang rokok jawabannya “ho-oh” dan ketika bertanya pada polisi jawabannya “betul”. Lalu jawaban terakhir oleh Gus Dur adalah “benar.”

Mendengar itu Gus Dur diam sejenak, kemudian melemparkan jawaban, “Jika Anda bertanya pada anak tamatan SD, maka jawabannya “ho-oh”. Lalu, jika Anda bertanya pada anak tamatan SMA, jawabannya “betul”. Dan, jika Anda bertanya pada lulusan universitas, maka jawabannya “benar”.

Si ajudan Presiden Amerika itu mengangguk mengerti, lalu bertanya, “Berarti Anda lulusan sarjana?”

Sontak saja Gus Dur menjawab, “Ho-oh”.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan