Dupa dan Doa

12,455 kali dibaca

Apa yang pertama kali terlintas di pikiran kita ketika mendengar kata “dupa” atau “membakar dupa”? Sebagian dari kita mungkin akan langsung terasosiasi dengan tradisi masyarakat Hindu atau Budha. Sebab, memang, masyarakat Hindu atau Budha, seperti yang kita lihat di Bali dan beberapa tempat lain, misalnya, selalu membakar dupa ketika sedang beribadah atau berdoa. Dupa seakan menjadi identik dengan tradisi Hindu dan Budha.

Namun, kebiasaan membakar dupa sebenarnya juga dilakukan kaum muslim sejak berabad-abad lampau, baik untuk mengiringi aktivitas keagamaan seperti berdoa, beribadah, atau pengajian, maupun kegiatan lainnya. Namun, seiring perjalanan waktu, entah sebab apa, pembakaran dupa seakan “dicap” sebagai tradisi agama lain atau kaum, sehingga kaum muslim dilarang atau diharamkan melakukannya.

Advertisements

Sehingga, jika ada kaum muslim yang membakar dupa, seakan berbenturan dengan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Dawud, yang berbunyi, “Barang siapa menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk dalam golongan mereka.”

Benarkah demikian?

Dupa, atau juga disebut hio, seperti dikutip dari Wikipedia, adalah sebuah bahan yang mengeluarkan bau wangi aroma terapi. Dupa mengeluarkan asap ketika dibakar. Dupa memang biasa digunakan untuk upacara keagamaan, aromaterapi, atau meditasi.

Jika demikian halnya pengertiannya, seperti yang pernah dilakukan oleh kaum muslim berabad-abad lampau, tak ada yang salah dengan pembakaran dupa —jika niatnya memang lurus. Bahkan, justru dianjurkan.

Penjelasannya kira-kira demikian: bahwa Islam adalah agama yang cinta kepada keindahan, kecantikan, dan kebersihan. Bahkan, Nabi Muhammad pernah mengatakan dalam satu hadits, bahwa kebersihan itu adalah ciri khas dari orang yang beriman.

Islam juga mengajarkan pada orang yang akan melaksanakan ibadah salat untuk membersihkan badan, pakaian, dan tempat yang akan digunakan untuk melaksanakan salat. Bahkan, Nabi Muhammad melarang keras seseorang untuk masuk ke dalam masjid bila mulutnya berbau karena mengkonsumsi makanan yang membuat bau mulut tidak sedap seperti bawang mentah dan sebagainya.

Sehubungan dengan hal ini, membakar dupa yang dilakukan seorang muslim ketika hendak membaca doa dengan tujuan untuk wewangian semata adalah baik adanya. Tujuannya agar yang hadir atau jemaah merasa nyaman dan betah mengikuti acara doa tersebut karena terhindar dari bau-bauan tidak sedap yang mungkin ada di sekitar tempat itu. Apalagi, ada keyakinan atau kepercayaan bahwa kebersihan dan bau harum mempunyai pengaruh dan daya tarik untuk mendatangkan ruh-ruh yang baik seperti malaikat dan arwah-arwah makhluk Allah yang saleh, yang suka mendatangi tempat-tempat zikir, sebagaimana dijelaskan pada hadits Nabi. Sebaliknya, tempat kotor, jorok, dan didominasi oleh bau busuk adalah sarang seitan dan ruh-ruh jahat, dan malaikat enggan mendekat.

Dalam sebuah riwayat, Ibnu Umar (sahabat Nabi) sering berukup atau mengasapi diri dengan membakar wangi-wangian, seperti dupa dan sebagainya sambil berkata, “Demikianlah saya melihat Rasulullah Saw mengukupi dirinya dengan wangi-wangian yang diletakkan di atas tempat bara api.”

Dalam riwayat lain diceritakan, salah satu imam mazhab, yakni Imam Malik, bila dikunjungi oleh tamu yang ingin mendengar hadits Nabi Muhammad, maka ia meminta kepada pembantunya memberitahu kepada tamunya supaya menunggu sebentar. Kemudian, Imam Malik mandi, berpakaian bersih dan rapi, setelah itu keluar menjumpai tamunya. Dan, selama menyampaikan hadits-hadits Nabi Muhammad kepada tamunya, selama itu pula dibakar kayu gaharu yang mengepulkan asap membawa bau harum di seluruh sudut majelis itu.

Jadi, mengharumkan majelis zikir, majelis doa, dan lain sebagainya hukumnya sunnah sesuai prinsip dan esensi ajaran Islam. Untuk mengharumkan ruangan, dapat diwujudkan dengan membakar dupa, menyemprotkan parfum, dan lain sebagainya sesuai selera dan kemampuan masing-masing. Lalu, hal ini tidaklah termasuk dalam kategori meniru kebiasaan kaum lain, karena hal ini memiliki dasar serta dalil dari Nabi Muhammad.

Maka, berdoa dengan membakar dupa pun bisa dilakukan oleh siapa saja.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan