Dongeng Masa Kecil dan Pertanyaan tentang Realitas

1,614 kali dibaca

Sejarah panjang masa lalu dan masa kini mencatat perjalanan manusia dalam mencari kebenaran hakiki dan hakikat kehidupannya. Dikenal, manusia purba tanpa peradaban dalam pengetahuan sains ala evolusi Darwin. Dikenal, Nabi Adam dalam pengetahuan sejarah keislaman. Manusia pertama yang berperadaban, memiliki pengetahuan terkait segala sesuatu yang diajarakan langsung oleh Allah.

Semacam usaha kreatif manusia merumuskan dunia secara keseluruhan dan dunia di seklilingnya yang bisa diamati. Manusia tanpa wahyu mencoba memahami dunia melalui dongeng-dongeng masa lalu maupun yang sedang terjadi di masa ia hidup. Melalui bahasa tutur mereka memperoleh pengetahuan, juga melalui bahasa tulis, baik masih berupa manuskrip atau sudah menjadi buku tentang dongeng-dongeng yang ada.

Advertisements

Grimm Bersaudara, panggilan akrab dari Jacob dan Wilhelm Grimm, merupakan penulis dongeng-dongeng masa kecil kita. Dongeng tentang Putri Salju dan Cinderella, kita melihat melalui televisi maupun membacanya di buku anak-anak adalah karya Grimm Bersaudara. Mereka dua bersaudara dari Jerman yang hidup dan berkarya di awal abad ke-19. Dongeng-dongeng mereka sangat digemari dan terkenal di seluruh dunia. Masih dibaca oleh anak-anak dan orang dewasa hingga sekarang.

Grimm Bersaudara hanya menulis ulang dongeng-dongeng itu, bukan mencipta. Seperti telah dijelaskan di muka, dongeng-dongeng itu sudah lahir jauh sebelum mereka berdua lahir, karena merupakan khazanah cerita rakyat atau sastra lisan bangsa Eropa. Grimm Bersaudara menulis dan mengumpulkannya kemudian menerbitkannya dalam sebuah buku.

Andaikan pembaca menemukan ketidaksesuaian alur cerita antara yang ada di pikiran pembaca dengan yang ada di buku, tidak perlu khawatir. Ternyata beberapa pembaca lebih akrab cerita yang sama namun versi Charles Perrault. Charles Perrault adalah penulis Perancis abad ke-17. Misalnya, Cinderella tidak memakai sepatu kaca di buku Grimm Bersaudara ini, melainkan sepatu emas.

Apakah dongeng merupakan representasi pengetahuan manusia tentang realitas? Mari kita lihat dan telisik secara kritis.

Ada Dua puluh lima cerita yang terkumpul dalam buku ini, Grimm Bersaudara Kumpulan Dongeng terbitan Kakatua beralamat di Yogyakarta. Jumlah halaman x+162. Cetakan pertama Juli 2018. Ukuran 13×20 cm. Diterjemahkan oleh Nurul Hanafi dari judul asli Fairy Tales of the Brothers Grimm.

Daftar ceritanya antara lain: Pangeran Kodok, Rapunzel, Tiga Perawan Tua, Hansel dan Gretel, Jerami, Arang dan Buncis, Penjahit Kecil yang Pemberani, Cinderella, Si Kecil Bertopi Merah, Pemusik Keliling, Tiga Helai Rambut Emas Si Raksasa, Tiga Bahasa, si Pelit di dalam Semak, dll.

Tokoh dalam dongeng, meskipun berwujud hewan, mereka hidup dalam dongeng seperti manusia. Kesan awal mungkin terasa janggal, apalagi yang sangat memercayai hukum alam dalam kehidupan sehari-hari. Dongeng Pernikahan Ny Rubah, misalnya, memperlihatkan hal itu. Tuan Rubah ingin membuktikan kecurigaannya bahwa istrinya selingkuh. Ia bersiasat berpura-pura mati. Ny Rubah masuk kamar mengurung diri.

Setelah tersiar kabar bahwa Tuan Rubah telah meninggal, para penggemar Ny Rubah pun berdatangan. Ia punya pelayan kucing, tugasnya memasak dan menjaga rumah. Ia suka bernyanyi, jawaban dari atas pertanyaan akan dijawab dengan bernyanyi.

Satu tamu Rubah muda datang. Ia ditolak karena hanya memiliki satu ekor. Si Ny Rubah ingin Sembilan ekor seperti mendiang suaminya. Tiba Rubah Muda yang lain dengan ekor Sembilan. Ny Rubah girang, memerintah si Pelayan untuk membuang si tua Tuan Rubah. Tapi ketika pernikahan baru saja akan diselenggarakan, si tua Tuan Rubah bergerak di bawah bangku. Menyerang semua tamu dan mengusir Ny Rubah.

Sebenarnya tidak ada yang aneh dalam dongeng atau dianggap menyalahi kehidupan sewajarnya, semestinya. Semua memang berada dalam siklus hukum alam, tapi hukum alam tunduk di bawah kuasa Sang Pencipta. Karena ini berbicara sastra, saya menjadi teringat apa yang dikatakan salah seorang sastrawan Indonesia dalam suatu seminar di mana saya menjadi pesertanya. Ia mengatakan: “Sebenarnya tidak ada yang aneh dari Kambing keluar dari kulkas. Bulan dalam sebuah amplop, dan hal lain yang menurut kita aneh lainnya. Sebenarnya tidak aneh melainkan kita saja yang tidak terbiasa menemui kejadian semacam itu, akhirnya kita menganggap aneh.”

Melalui ceramah salah seorang tokoh agama pun, diungkapkan bahwa kelebihan salah satu Nabi ialah bisa mengeluarkan Unta dari dalam batu. Lalu, bagaimana kehidupan kita yang tidak pernah mengalami hal aneh? Apakah kita perlu memasuki dunia dongeng? Di mana semua kejadian bisa terjadi, seaneh apa pun itu. Barangkali kita pernah mengalami banyak hal aneh, tapi kita tidak mengingatnya, atau kita anggap biasa-biasa saja.

Ternyata, dunia dongeng tidak selalu tentang hal di luar kewajaran. Dongeng Si Lelaki Tua dan Cucunya jadi bukti. Pada zaman dahulu, dongeng dalam buku ini keseluruhan kalimat pertamanya berbunyi demikian, dan ini menjadi ciri khas dari Sastra Klasik Eropa. Hidup seorang Kakek Tua bersama anak lelakinya dan menantu perempuannya, serta satu cucu berumur empat tahun.

Si kakek sudah tuli, lutut gemetaran, dan sendok makan yang dia gunakan makan selalu jatuh. Kaldu yang disantapnya berceceran di atas meja dan menetes ke bawah mulutnya. Putranya dan menantu perempuannya merasa jijik, akhirnya si kakek ditempatkan di belakang kompor. Mangkuknya memakai tembikar. Sewaktu makan mangkuknya jatuh dan pecah, menantu perempuannya mengomeli, menggantinya dengan mangkuk kayu.

Mereka sedang duduk dan melihat anak kecilnya mengumpulkan potongan-potongan kayu yang ada di tanah. Orang tuanya bertanya, “Buat apa, nak?” “Aku mau buat bak makanan kecil. Ini untuk tempat makan ayah dan ibu nanti kalau aku sudah besar.” Suami istri itu saling pandang dan menangis. Akhirnya mereka papah si Jompo itu ke arah meja bersama mereka. Sejak saat itu ia dibiarkan makan bersama mereka selamanya dan tidak mencelanya ketika makanannya berceceran.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan