Dari Teologi Individual Menuju Teologi Sosial

1,315 kali dibaca

Pertanyaan yang hendak dijawab dari buku karya Abdul Munir Mulkhan ini ialah “Agenda apa yang bisa dikembangkan sesudah mitos pembangkang bagi kaum santri memudar atau bahkan telah runtuh?”

Untuk mempertajam ulasan atas pertanyaan tersebut, buku yang diberi judul Teologi Kiri ini dilengkapi dengan analisis tentang perkembangan perpolitikan nasional pasca runtuhnya rezim Orde Baru pada 1998.

Advertisements

Buku ini terdiri dari lima bab. Secara berturut-turut, bab-bab dalam buku ini diberi judul “Jalan Baru Mencari Tuhan”, “Perilaku Politik Santri”, “Pudarnya Solidaritas Ideologi”, “Teologi Kiri dalam Bingkai Ideologi Fungsional”,  dan “Teologi Kiri: Dari Ritus Ke Aksi”.

Isu sentral yang diangkat Abdul Munir Mulkhan dalam buku ini adalah “Teologi Kiri” dan “Kaum Proletar” yang yang disandingkan dengan “Mustadh’afin” (Kaum Tertindas). Namun ini dimaksudkan bukan sekadar mencari pijakan teologis, melainkan didasari argumen intelektual mengenai perbedaan akar sosial munculnya kedua kosa kata tersebut.

Penulis buku ini, Abdul Munir Mulkhan, lahir di Jember 13 November 1946. Ia telah banyak menulis buku, antara lain The Resurgence Of Global white Supremacists and Khilafahists; Implications For Southeast Asian Security, Indonesia On The Prophetic (‘Ala Minhajin Nubuwah)-A Case Study (Bersama Prof. Dr. Bilveer Singh)( Yogyakarta: Maharsa, 2002); Super Leader Era Milenial & Manajer Pendidik Profetik (Bersama Fitri Maulidiah Rahmawati) (Yogyakarta: Maharsa Arta Mulia, 2020); Jejak-jejak Filsafat Pendidikan Muhammadiyah (Penyunting Bersama Robby H. Abror) (Yogyakarta: Majlis Dikti-Litbang PP Muhammadiyah, 2019).

Di dalam buku ini dijelaskan bahwa mustadh’afin tidak selalu terkait dengan dengan struktur masyarakat industri, walaupun ia muncul akibat pola produksi yang tidak adil. Terdapat masalah ideologis yang bersumber pada konsep teologis, di mana kaum mustadh’afin cenderung tidak ditempatkan sebagai bagian dari kemusliman dengan label yang sering disebut “abangan”.

Bagian akhir buku ini membahas agenda mengubah ritus menjadi aksi. Berbagai praktik ritual yang selama ini dipercaya dilakukan bagi maksud pembebasan kemiskinan tidak pernah berhasil hanya karena praktik ritual tersebut lebih ditujukan bagi kepentingan diri sendiri atas nama Tuhan.

Hal ini yang menyebabkan orang mudah tergelincir dan menjadikan kaum mustadh’afin sebagai objek pencarian pahala. Artinya, membantu kaum lemah hanya didasari motif untuk menumpuk pahala dengan harapan Tuhan selalu memberi balasan berupa rezeki bagi kepentingan nasibnya di dunia dan nanti di akhirat. Praktik ritual (ibadah sosial) ini kemudian bergeser dari soal “mengurusi mustadh’afin” menjadi ritual “mengurusi Tuhan”.

Selain maksud teoritis tersebut, “teologi kiri” juga bermaksud memberi landasan teologis kepada para aktivis yang belakangan sering dituduh ke-kiri-kiri-an. Tidak ada maksud melawan atau menolak labelisasi yang tak adil dan tak jujur tersebut. Namun demikian, buku ini berusaha mengubah persepsi bahwa membela kaum buruh, orang miskin, mereka yang tertindas, diperlakukan tak adil, merupakan ibadah dan amal saleh yang sama pentingnya dengan pergi haji dan puasa.

Uraian pendahuluan dan bagian akhir buku ini sebagian merupakan naskah yang pernah dimuat koran, majalah dan jurnal, serta ditulis dalam berbagai kegiatan diskusi dan seminar. Akibatnya, pembaca sering kali mendapatkan paparan terasa terputus-putus, sehingga cukup bisa mengganggu.

Walaupun demikian, seluruhnya disatukan oleh ide dan gagasan dasar yang sama. Jika pembaca bersedia menangkap ide dan gagasan dasar tersebut, kesan keterputusan paparan demikian bisa diatasi dan terpecahkan. Buku ini juga merupakan penajaman dan “kelanjutan” dari tesis utama penulis dalam buku Runtuhnya Mitos Politik Santri.

Buku terbitan Ircisod ini juga merupakan pengembangan dari tesis S2-nya di sosiologi UGM. buku ini perlu dibaca para pengamat politik Islam, pemimpin umat, dan mereka yang merasa terlibat dalam perkembangan Islam di masa depan.

Pembahasan buku ini sangat mendalam karena di lengkapi dengan penelitian mendalam mulai dari referensi berbahas Ingris, jurnal, bahkan aksi nyata kehidupan perpolitikan. Begitu juga dari sisi bahasanya yang apik membuat pembaca mampu menangkap pesan buku ini, bahkan mudah untuk mengambil konklusi. Sedangkan dari sisi kekurangannya, peresensi tidak mendapat kesalahan, baik penulisan maupun koherensi antarparagraf dari seluruh isi buku. Semoga bermanfaat.

Data Buku

Judul Buku                  : Teologi Kiri
Penulis                        : Abdul Munir Mulkhan
Penerbit                      : IRCISOD
Cetakan                      : I, November 2020
Tebal Halaman           : 433 Halaman

Multi-Page

Tinggalkan Balasan