Cara Pesantren Amanatul Ummah Membentengi Santri dari Covid-19

2,065 kali dibaca

Pondok Pesantren Amanatul Ummah, baik yang berlokasi di Surabaya maupun Pacet, Mojokerto, Jawa Timur tergolong salah satu pesantren yang paling awal memulai aktivitas di masa New Normal. Setelah vakum lebih dari dua bulan gara-gara pandemi Covid-19, sejak awal Juni 2020 secara bertahap santri mulai kembali ke pondok, dan kegiatan belajar mengajar mulai normal medio Juni 2020. Bagaimana penerapan protokol kesehatannya?

Pada Sabtu (20/6/2020), misalnya, pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah KH Asep Saifuddin Chalim mengumpulkan para santri di Surabaya untuk istighatsah dan memberikan wejangan dalam rangka memasuki tahun ajaran baru di era New Normal.

Advertisements

Dalam kesempatan tersebut, Kiai Asep menegaskan ada tiga hal yang bisa membentengi para santri dari paparan virus Corona atau Covid-19. Yang pertama adalah menerapkan protokol Islam. “Protokol Islam itu bersih. Kita harus bersih. Mandi dua kali atau tiga kali. Tidak slendro, tidak melakukan hal yang tak penting seperti ngobrol. Tapi kalau untuk diskusi tak apa-apa,” katanya memberi contoh.

Yang kedua, menurutnya, semua santri harus menaati protokol kesehatan. Di antaranya, memakai masker, menjaga jarak, makan dan minum yang bergizi untuk meningkatkan imunitas tubuh. “Nanti semua siswa harus makan kecambah. Ya blenger, tapi untuk saat ini harus. Lalu telur dan vitamin C,” kata Kiai Asep. Selain itu, para santri juga harus selalu bawa hand sanitizer dan memakai face shield. Saat itu, banyak santri yang tampak mengenakan face shield.

Selain menerapkan protokol Islam dan protokol kesehatan, menurut Kiai Asep, yang ketiga adalah upaya spiritual, yang dalam hal ini adalah istighatsah. “Nanti istighatsah dua hari sekali,” kata Kiai Asep. Ia mengajak para siswa untuk membaca istighfar, lahaula wala quwwata illa billah dan laa ilaha illallah.

Menurut Kiai Asep, istighfar itu akan menyebabkan gundah jadi senang, Allah SWT memberi jalan keluar, orang tua siswa menjadi gampang rezeki dan bahkan diberi rezeki secara tak terduga oleh Allah SWT.

Selain itu, agar perasaan santri tidak gundah atau galau, pihak pondok mengambil kebijakan semua santri, tanpa kecuali, naik kelas selama wabah Corona melanda Indinesia. Sebab, jika tidak naik kelas akan berakibat pada dua hal. “Pertama, mereka akan sedih karena tidak naik. Kedua, sedih karena biaya yang sudah dikeluarkan selama satu tahun. Nah, kesedihan ini akan menurunkan imunitas. Jangan sampai ini terjadi. Itu masalahnya,” kata Kiai Asep.

Meskipun semua santri naik kelas tanpa kecuali, lanjut Kiai Asep, tetap harus melalui proses ujian sesuai kondisi Covid-19. Artinya, lewat ujian online. Tapi, jika rumah santri tak terjangkau Internet, misalnya, maka pihak sekolah harus mendatangi rumahnya. “Kita harus mengalah. Kan tidak baik jika naik kelas tanpa pemrosesan,” tegasnya.

Saat ini, jumlah santri Pesantren Amanatul Ummah sekitar 10 ribu orang. Dari jumlah itu, yang berada di Pondok Amanatul Ummah Surabaya 2.000 santri, dan yang di di Pacet Mojokerto mencapai 8.000 santri.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan