Berdakwah Tanpa Menghina

1,421 kali dibaca

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki banyak suku, budaya, dan agama. Bisa dikategorikan bahwa Indonesia memiliki pluralisme di dalam dirinya, dan ini yang merupukan realitas sosial yang tidak dapat dibantah.

Fakta bahwa kehidupan sosial memang mengandung keragaman diakui Islam sebagai sunnatullah. Dasar bahwa pluralisme adalah sunnatullah tergambar pada Al-Qur’an Surah Al-Hujurat ayat 13 yang artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.

Advertisements

Pluralisme merupakan sebuah kenyataan dalam kehidupan manusia yang tidak bisa dihindari bahkan ditolak, karena pluralisme sudah menjadi sunnatullah. Namun, secara realitas harus disadari, bahwa pengakuan ini dalam tataran realitas belum sepenuhnya dapat diterima oleh masyarakat.

Masih sering ditemui perbedaan antara teori dan praktik di lapangan. Masih ada segelintir pendakwah yang mengarah pada pembenarannya dan menyalahkan pendapat atau keyakinan orang lain. Maka dakwah yang dihasilkan tidak mempertemukan persamaan kecuali melebarkan perbedaan. Dapat dinyatakan bahwa dakwah seorang pendakwah tersebut bersifat agresif dan menghina keyakinan pendakwah lain yang tidak semazhab atau sepemahaman.

Misalnya, sering ditemukan dicuplikan video YouTube. Salah satu akun YouTube memiliki video yang berjudul “Meluruskan Pemahaman Ust. Abdul Somad & Ust. Idrus Ramli menjelaskan bahwa Allah tidak bersemayan diatas ‘Arsy”. Selain itu juga ada yang berjudul “Bantahan untuk Ust. Idrus Ramli & Ust. Abdul Somad part II”. Dalam kasus ini sipemilik akun mengadu-dombakan pendapat-pendapat dengan cara mencari pembenaran pada pemahamannya melalui cara merendahkan ustaz lainnya.

Pada kasus lain, yaitu kasus pemaksaan menutup aurat atau pakai jilbab bagi penganut agama lain juga adalah hal yang menunjukkan kekerasan. Dalam hasil penelitian Muhammad Ansor yang berjudul “Yang Bersalib Yang Berjilbab” disebutkan peristiwa ini terjadi di Kota Langsa, bahwa bagi perempuan-perempuan Kristen yang sekolah di Kota Langsa, mereka harus memakai jilbab pada saat mereka sekolah. Mereka yang tidak memakai jilbab seringkali mengalami diskriminasi dari pihak sekolah. Kasus-kasus tersebut tentunya akan dapat mengancam eksistensi kemanusiaan karena dakwah yang dilakukan dengan cara merendahkan atau menghinakan orang lain.

Sudah seharusnya dakwah menjadi sebuah aktivitas positif yang perlu diterapkan dengan baik karena memiliki nilai pahala yang tinggi dalam Islam. Dengan dakwah, Islam dapat tersebar dan diterima dengan baik oleh masyarakat luas. Sebaliknya, tanpa dakwah Islam akan semakin jauh dari masyarakat dan perlahan-lahan akan lenyap dari permukaa bumi.

Maka dari itu, sangat disayangkan jika ada sebagian pendakwah yang menyampaikan dakwahnya dengan cara merendahkan atau menghina agama lain. Bahkan, ada sebagian pendakwah yang berdakwah terlalu sibuk mengurusi masalah khilafiyah di kalangan ulama. Hal itu akan membawa Islam kepada kehancuran.

Seharusnya, setiap pendakwah menyadari bahwa pada prinsipnya dakwah itu sebagai nilai atau siap elegan yang diekspresikan seseorang ketika melihat orang Islam berbeda cara pandang dalam pemahaman atau penafsiran keagamaan. Pendakwah juga harus berperilaku ideal, yakni dengan memiliki landasan moral, memahami kultur lokal, tidak provokatif dan menghargai perbedaan agama.

Islam sangat menghargai perbedaan di kalangan manusia karena Islam datang sebagai agama pembawa rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil’alamin). Setiap pendakwah harus menyampaikan dakwah yang merujuk kepada Al-Qur’an Surah An-Nahl Ayat 125 yang artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Ayat tersebut menjelaskan bentuk metode dakwah yang menghindari seorang pendakwah menghina agama lain, yaitu dengan cara pertama, bijaksana (bil hikmah). Hikmah adalah sebuah kemampuan pendakwah dalam menyampaikan doktrin-doktrin Islam serta realitas yang ada dengan argumentasi logis dan bahasa yang komunikatif. Dalam hadis disebutkan, penyampaian dakwah yang sesuai dengan kemampuan akal manusia dalam menerima penyampaian.

Kedua, nasihat yang baik (al-mau’idzat al-hasanah), yaitu dengan memberikan nasihat, bimbingan, pendidikan, peringatan dengan kalimat-kalimat yang lemah lembut.

Ketiga, berdiskusi dengan baik (al-mujadalahh bi-al lati hiya ahsan), yaitu dengan cara bertukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak yang tidak bertujuan untuk menciptakan permusuhan melainkan menemukan bukti yang kuat sehingga saling menerima pendapat.

Karakteristik seorang pendakwah juga perlu diperhatikan. Dalam buku Tadzkiratud Du’atil Islam, Abu ‘Ala Al-Maududi mengatakan bahwa seorang pendakwah harus mampu menjadi hasanah dengan budi dan akhlaknya bagi masyarakat yang menjadi mad’unya. Dr Hamzah Ya’kub juga mengatakan dalam tafsir dakwah Marsekan Fatawi, seorang pendakwah haruslan penyantun dan lapang dada, karena apabila dia keras dan sempit dalam pandangannya, maka larilah manusia meninggalkan dia.

Allah Berfirman dalam surah Ali Imron ayat 159 yang artinya: Andaikan engkau kasar dan keras hati, niscaya lari bercerai berailah mereka dari sekelilingmu. Dalam tafsir dakwah tersebut juga beliau menambahkan, seorang pendakwah tidak bersikap emosional, sebab dia hanya bertugas menyampaikan kebenaran, sedangkan petunjuk dan kesesatan adalah di tangan Allah SWT. Seorang pendakwah juga harus bertindak sebagai pemersatu ummat, bukan menjadi pemecah belah umat.

Maka dari sinilah, kesimpulan yang dapat dipahami bahwa setiap pendakwah harus memahami tujuan dakwah itu sendiri, metode dakwah, serta karakteristik seorang pendakwah yang harus ada didirinya, karena dakwah merupakan aktivitas yang melahirkan persatuan ummat Islam.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan