4th duniasantri di Mata “Newbie”

420 kali dibaca

Tanggal 17 Agustus 2023 kemarin adalah momen yang membahagiakan bagi keluarga jejaring duniasantri (JDS). Tepat di tanggal ini, JDS berulang tahun. Usianya genap 4 tahun. Memang kalau dikategorikan terbilang masih belia. Ibaratnya baru seumur jagung. Namun demikian, kontribusi yang diberikan tidak lantas berbanding lurus; artinya minim atau secuil. JDS memainkan perannya secara signifikan. Bisa dilihat rentang dari tahun 2019.

Sejak berdiri, JDS telah mengukir jejak yang mengilhami dan menghubungkan komunitas santri seantero penjuru negeri. Dalam perjalanannya, JDS mampu tumbuh menjadi wadah nyata penyemaian berbagai ide, pemikiran, dan gagasan yang berakar pada nilai-nilai Islam rahmatan lil alamin. Menyadarkan para kontributor akan pentingnya menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan mendorong kemajuan bangsa.

Advertisements

Dunisantri, bagi saya, begitu berarti dan sangat spesial. Saya menanam memoar baik atas jasa yang telah dilakukan. Tempo dulu, saat baru terjun merambah ke dunia literasi dan mengeksplorasi kreativitas menulis. Di sinilah, di website ini, pertama kali tulisan saya diapresiasi dan publish di ruang digital. Bagi seorang newbie seperti saya, senang bukan kepalang. Menjadi semakin termotivasi untuk terus mengasah diri lebih giat, lebih semangat dalam meningkatkan kualitas tulis-menulis. Begitulah ikatan diri saya dengan duniasantri.

Maka dari itu, tatkala JDS mengadakan suatu acara, program, atau apapun itu, saya selalu antusias dan siap men-support. Pun, ketika kondisi sedang tak seperti biasanya, muncul rasa atensi dari diri pribadi. Misalnya seperti beberapa pekan lalu, setelah diamati ternyata intensitas produksi tulisan kian hari makin merosot, saya membuat ulasan sebagai bahan refleksi, mengajak kontributor menghidupkan kembali pijar literasi duniasantri dari keredupan.

Jika menilik data SEMrush.com yang diakses tanggal 18 Agustus 2023 pukul 16.15 WIB, indeks website duniasantri.co terbilang menurun, bahkan bisa dikategorikan drastis. Hal ini terlihat dari kolom organic traffic; bulan Maret 2023 mencatat organic search sebanyak 8,4 ribu, bulan April 2023 8,3 ribu, bulan Mei 2023 2,8 ribu, bulan Juni 2023 4,8 ribu, dan yang terbaru, bulan Juli 2023 turun lagi menjadi 3,7 ribu.

Situasi di atas, yang tiap bulan menunjukkan indeks penurunan terus menerus, bukan hal baik bagi kelangsungan duniasantri itu sendiri. Penting sekali ada upaya antisipasi dan menyegarkan kembali supaya duniasantri mampu melesat ke atas, lebih tinggi, bertengger di antara media online (keislaman) mainstream. Atau, setidaknya menyamai perolehan seperti bulan Maret 2023. Pertanyaannya sekarang, apa yang harus dilakukan untuk menggapai itu semua?

Pertama, yang paling realistis taksiran saya adalah, memanfaatkan media sosial. Meninjau laporan Survei We Are Social, jumlah pengguna aktif media sosial di Indonesia per Januari 2023 mencapai 212,9 juta. Meningkat 3,85% dari tahun sebelumnya. Media sosial dapat digunakan sebagai media memperkenalkan duniasantri lebih luas, lebih massif, menjangkau generasi milenial yang mayoritas aktif bermedsos. Di dalam medsos ini membuat semacam konten grafis untuk menunjang minat berkunjung ke duniasantri.co. Nilai keislaman, santri, kepesantrenan, dan semuanya yang berkaitan dengan duniasantri, dikemas dengan balutan nuansa masa kini yang unik dan menarik.

Namun, mengembangkan ke dunia medsos bukan perkara mudah, membutuhkan sumber daya yang mumpuni untuk menggawangi ranah tersebut. Berdasarkan penjelesan pimpinan redaksi JDS (8/8/2023), sumber daya di duniasantri terbatas. Oleh sebabnya, jika ingin seperti itu tentu harus merekrut personil (pengurus) tambahan. Permasalahannya kini, duniasantri sumber daya serba terbatas, termasuk ihwal pendanaan; tidak stabil, sering “byar-pet”. Padahal ketika personil itu direkrut dan bekerja, pastinya menginginkan fee atas jasa yang telah dikeluarkan. Itulah yang menjadi problematika tersendiri.

Kedua, istikamah mem-publish konten tulisan. Ya, memang ada tren penurunan kualitas tulisan dari para santri. Titik tekan saya disini adalah memaksimalkan pada rubrik teras. Ini sejatinya kembali pada konsep awal media yang digagas oleh “lima serangkai”; Bisri Effendy (12 Maret 1953-17 Agustus 2020), Ngatawi Al-Zastrouw, Mukhlisin, Daniel Kwan, dan Cak Tarno, yaitu citizen journalism. Saya rasa setiap hari di pondok pesantren pasti memiliki kegiatan, dan itu berbeda-beda. Jadi, jangan hanya menunggu kontributor mengirim tulisan tentang kegiatan pondok. Sebab, kurang efektif. Terlebih, biasanya itu kegiatan yang sifatnya insidental, seperti haul, khotmil quran, dan lain sebagainya.

Saya mengamati praktik ini terjadi di tahun pertama, pengurus JDS membagikan informasi berita santri dan kepesantrenan. Adapun di tahun kedua sampai saat ini mulai kendur. Karena warga duniasantri banyak, dan kebanyakan juga mukim di pondok. Untuk itu, pengurus JDS bisa menjalin kemitraan dan mengorganisasi setiap santri sebagai perwakilan dari pondok yang ditempati. Nantinya dibuat grup tersendiri. Pengurus JDS mengarahkan agar segala kegiatan yang ada di pondok ditulis, diabadikan, apapun itu. Selain itu, menjadi konsultan bagi para santri, misal, santri bertanya perihal kegiatan A bisa diterima atau tidak. Kalau sesuai, berarti tinggal lanjut ditulis.

Dan, bila di suatu hari terjadi kekosongan kegiatan pondok. Bisa diganti dengan rubrik english section. Pimpinan redaksi duniasantri mengkurasi tulisan secara ketat, dipilih yang terbaik dan berkualitas. Tulisan yang terpilih kemudian diterjemahkan kedalam bahasa inggris, Setelah itu, di-publish di hari itu juga sebagai pengganti kolom teras (berita santri dan pesantren).

Rekomendasi saya ini bentuk adaptasi dari para konten kreator. Mereka mengatakan bahwa menyuguhkan konten secara teratur tanpa jeda terlalu lama dapat menghasilkan viewer organic. Begitupun sebaliknya. Ketika tidak teratur, lama-lama para pengunjung akan bosan, hengkang. Saya berpikir, jangan-jangan salah satu faktor traffic duniasantri menurun, karena inkonsisten terkait publish konten tulisan. Oleh karena itu, diperlukan keistikamahan publish tulisan.

Ketiga, supaya ghirah menulis berpijar, dan duniasantri kembali ramai, pengurus JDS bisa membuat semacam “duniasantri Awards”. Dalam hal ini, bentuk nominasinya misal kategori warga duniasantri paling aktif, tulisan terbaik, dan nominasi lainnya. Pengumuman pemenang diadakan sewaktu perayaan ulang tahun JDS. Kemudian untuk hadiah fleksibel menyesuaikan kondisi JDS; berupa paket buku, honor tambahan, atau yang lainnya. Hal inilah yang sekiranya dapat memantik motivasi para warga duniasantri untuk menulis dan meningkatkan kualitas tulisan.

Demikianlah uraian saran dalam upaya memperbaiki kondisi, memberi rekomendasi untuk duniasantri menghadapi tahun ke-5, dan tahun seterusnya. JDS harus mengudara lebih tinggi. Memperluas jejaring gerakannya; gerakan literasi santri. Jangan sampai usia yang beranjak besar, malah semakin menurun dan kontraproduktif.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan