2TH DUNIASANTRI (2): CARA MENJADI ABADI

779 kali dibaca

Tentu tak asing bagaimana Pram (Pramoedya Ananta Toer) mengatakan bahwa seseorang akan abadi jika ia menulis. Jika kita pikirkan baik-baik, pernyataan Pram benar adanya. Bahkan, saya pribadi meyakini, Pram’s Quotes tersebut menjadi tempat bercermin para penulis ketika sudah mengalami kebosanan. Sekaligus, menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk menulis.

Tulisan adalah cara kita untuk abadi. Tentu bukan dalam ihwal jasad. Sebab, qadarullah, kita (sebagai manusia) masih bersifat fana, tidak kekal. Abadi yang dimaksud di sini dalam konteks yang berbeda. Interpretasinya tidak mengacu pada hal tersebut.

Advertisements

Saya meyakini Pram mendefinisikan abadi dengan maksud lain. Penulis yang melahirkan tulisan, apalagi terbit di media massa (baik daring atau luring), akan mengajak pembaca untuk berbicara. Tak sedikit juga tulisan yang seolah mengajak kita untuk bertatap-tatapan (face to face).

Ini yang mungkin dimaksud abadi. Penulis tetap akan berbicara, meski jasadnya sudah terkubur liang lahat. Maka tak ayal jika kadang kita menganggap Gus Dur, Wijhi Tukul, Pram masih ada di tengah-tengah kita.

Nah, di sisi yang berbeda, budaya literasi kita kian menjadi ironi. Ruang terbuka luas yang diberikan teknologi nyatanya tidak menjamin semangat literasi masyarakat. Baik dalam hal membaca maupun menulis.

Realitas itu juga dibarengi dengan anggapan miring yang menyatakan bahwa budaya membaca dan menulis hanya untuk kalangan akademisi, intelektual, politisi, dan orang-orang dengan jabatan tinggi. Masyarakat umum —yang katanya berada pada stratifikasi rendah— tidak butuh asupan itu. Bahkan, kalangan pemuda pun sudah mulai acuh.

Tentu bukan hal yang baru jika diamond free fire atau mobile legends lebih laku dari buku dan koran. Bukan lagi hal yang langka jika lemari anak muda dipenuhi pakaian branded dan kekinian, dari pada buku bacaan. Jika kenyataannya begini, maka tidak usah ditanya minat mereka dalam menulis.

Santri sebagai salah satu generasi emas sangat perlu merawat semangat literasinya. Saat ini, santri menjadi peran yang kerap diprioritaskan dan diistimewakan. Sebagaimana dalam tulisan saya sebelumnya yang bertajuk Pesantren Salaf Hari Ini, santri sudah berhasil meraih perhatian masyarakat.

Nah, media duniasantri.co yang sampai saat ini menampung ratusan santri di seluruh Nusantara, bagi saya merupakan respons yang baik terhadap fenomena-fenomena memprihatinkan di atas. Dari media tersebut, santri bisa lebih menemukan jati dirinya, serta menemukan keabadian (sebagaimana yang dikatakan Pram).

Dari media ini pula, santri bisa bergerak dengan perannya di masyarakat sebagai penyemai kebaikan. Tentunya melalui dakwah bil qalam yang ditawarkan. Isu-isu seputar keislaman, kemanusiaan, dan ketuhanan ditulis sebagai langkah dakwah (sesuai dengan tupoksi atau bidangnya).

Sebab, dakwah tidak hanya terbatas pada bicara di podium saja. Lebih dari itu, esensi dakwah adalah memberikan kultus terhadap kebenaran. Tentunya, disampaikan dengan cara yang elegan dan damai.

Media duniasantri.co juga kerap memberikan kesempatan kepada para santri untuk menceritakan karomah para kiai. Tentunya tidak hanya ditujukan pada seputar biografi saja. Ada pesan tersirat yang bisa diambil.

Kedua, duniasantri.co mempersilakan para santri yang tergabung untuk mempromosikan pesantren. Sebelumnya, jangan salah paham, maksud mempromosikan di sini bukan dengan cara menyebar pamflet atau melakukan praktik transaksi. Namun, melalui media ini, santri bisa menyajikan kultur pesantren dalam bentuk tulisan.

Setiap pesantren tentu memiliki karakter yang berbeda. Setiap daerah memiliki karakternya sendiri. Sebagaimana di Madura, misalkan, tradisi mengantar santri baru dengan rombongan-rombongan mobil yang relatif banyak. Itu untuk mengantar satu dua santri saja.

Meskipun pesantren sudah cukup dikenal luas masyarakat, namun perlu jika promosi pesantren melalui tulisan-tulisan ringan lebih gencar dilakukan. Hal tersebut ditujukan agar semakin membuat masyarakat yakin akan sistem pesantren.

Selain dua hal di atas, dengan media duniasantri.co, seorang santri juga bisa mendapatkan keabadiannya. Dengan tulisan-tulisan yang disajikan, membuatnya bisa tidak akan pernah mati.

Maka, sejatinya, media duniasantri.co ini membuka pintu yang lebar untuk para santri mengekspresikan diri. Tak hanya itu, integrasi dan pergaulan antarpenulis yang menjadi author adalah bentuk silaturrahmi yang mesti dilestarikan dan memang sudah menjadi budaya pesantren. Terima kasih.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan