Warisan Kanjeng Nabi

1,142 kali dibaca

Begitu dalam cinta Abu Hurairah “Si Bapak Kucing” pada ilmu, hingga-hingga ia tak sempat bekerja—mencari nafkah. Kecintaannya pada ilmu yang diajarkan oleh Kanjeng Nabi Muhammad saw—yang bertumpu pada cintanya pada beliau—menjadikan Abu Hurairah berkeinginan agar teman-temannya pun mencintai ilmu. Dan sebagai pecinta ilmu sejati, Abu Hurairah mempunyai cara unik agar mereka mencintai ilmu. Sampean pengin tahu? Sembari ngopi, mari simak bersama…

Diceritakan bahwa pada suatu hari Abu Hurairah mendatangi Pasar Madinah. Mendapati orang-orang tampak begitu asyik sibuk melakukan transaksi jual-beli, sekonyong-konyong Abu Hurairah berkata dengan suara menggelegar, “Lemah sekali sampean sekalian, wahai penduduk Madinah!”

Advertisements

Mereka menjawab dengan menanyakan apa kelemahan yang dilihat oleh Abu Hurairah pada diri mereka.

“Warisan Kanjeng Nabi sedang dibagi-bagikan, kenapa sampean sekalian masih saja di sini; apa sampean sekalian tidak ingin kebagian?”

Sudah barang tentu mereka semua menginginkannya. Lalu mereka bertanya, di mana warisan itu sedang dibagi-bagikan?

“Di masjid,” jawab Abu Hurairah.

Seketika itu juga dengan langkah cepat mereka berbondong-bondong menuju masjid, sementara Abu Hurairah tampak menunggu di tempat itu hingga mereka kembali.

Sekembalinya mereka dari masjid, dengan nada agak kesal, satu di antara mereka berkata, “Abu Hurairah, kami sudah sampai ke masjid, tetapi kami tak melihat sesuatu sedang dibagi-bagikan!”

Abu Hurairah menjawab dengan bertanya, “Lalu, apa yang sampean sekalian lihat?”

Satu di antara mereka menjawab, “Yang kami lihat hanyalah orang-orang sedang salat, orang-orang sedang nderes al-Quran, dan orang-orang sedang ngaji halal-haram…”

Setelah hening untuk beberapa saat—yang mana mereka penasaran sebenarnya apa maksud Abu Hurairah—dengan suara tenang tetapi tepat mengenai sasaran, Abu Hurairah menandaskan, “Bukankah itu warisan Kanjeng Nabi?”

Halaman: 1 2 Show All

Tinggalkan Balasan