Urgensi Pesantren dalam Pembelajaran

944 kali dibaca

Pesantren selalu menjadi kajian yang menarik dan telah menjadi wacana penting dalam arus pemikiran kontemporer. Dunia pesantren, dewasa ini, telah banyak memberi kontribusi wacana di tengah dinamika sosial yang sangat dinamis.

Meskipun pesantren sangat layak untuk bisa “bermain” di semua lini kehidupan sosial, namun ia masih mampu menjaga “independensi” di tengah tarik-menarik kepentingan yang tengah bergolak (KH Sahal Mahfudh, Pesantren Mencari Makna, Fatma Press, Jakarta,  1999, hal iii).

Advertisements

Pesantren sebagai lembaga pendidikan dan lembaga sosial keagamaan, di mana pengasuhnya juga menjadi pemimpin dan menjadi sumber rujukan umat dalam memberikan legitimasi terhadap tindakan umat atau warganya, sudah barang tentu mempunyai dasar pijakan yang sifatnya keagamaan dalam melakukan tindakan utamanya yang dianggap baru oleh masyarakatnya (KH Sahal Mahfudh, 1999).

Pesantren adalah institusi dakwah, sosial, dan keilmuan. Kedudukan pesantren sebagai institusi sosial dapat diketahui dari rangkaian sejarah yang mencatat kepedulian dan perhatian pesantren pada problematika dan dinamika masyarakat sekitarnya. Contoh klasiknya adalah para wali yang mengambil peran aktif dalam pengembangan kemasyarakatan, sedangkan dalam khazanah sejarah modern kita dapat merujuk Hadratus Syekh Hasyim Asy`ari yang memilih Tebuireng sebagai lokasi pesantrennya. Pertimbangannya, daerah itu mengalami dekadensi moral akibat imbas industrialisasi melalui pabrik guladi Cukir, Jombang (tentu masih terbuka luas pintu perdebatan apakah pilihan itu beraspek dakwah atau sosial, tetapi sangat jelas bagi kita bahwa Kiai Hasyim mempertimbangkannya dalam kerangka dakwah, maka bidang dakwah itu sangat berkait erat dengan problem masyarakat).

Berkaitan dengan peran pesantren selain dalam bidang sosial dan dakwah, tentu hal yang paling menarik dan intensif di kehidupan pesantren yakni pembelajaran untuk tafaqquh fiddin yang merujuk pada Al-Quran dan Hadis. Tentu, dalam mengkaji hal tersebut dibutuhkan beberapa kitab klasik atau ilmu alat yang menjadi khas kehidupan pesantren, yakni kitab kuning, dengan kajian beragam mulai dari ilmu nahu, saraf, mantiq, balaghoh, fikih, tasawuf, ddan lain sebagainya. Kajian-kajian seperti ini memang hanya ditemukan di kehidupan pesantren dalam rangka menyiapkan dan menjawab problem yang ada di masyarakat dengan kaca mata keagamaan.

Halaman: 1 2 Show All

Tinggalkan Balasan