Topi Surga

1,423 kali dibaca

Inilah hari penghakiman itu.

Dan lelaki itu adalah orang yang paling ketakutan untuk dibangkitkan menuju hari penghakiman. Sebab, sebagai pendosa, ia sadar bahwa bekalnya menuju hari penghakiman itu hanyalah dosa-dosanya. Ia tak pernah ingat ada satu pun kebaikan yang pernah dilakukannya. Yang memenuhi ingatannya hanyalah dosa-dosanya. Tapi ia juga merasa tak akan sanggup menghadapi siksa neraka.

Advertisements

Itulah yang menjadikannya sebagai orang paling ketakutan ketika hari penghakiman itu dimulai. Ia tak segera bangkit dan beranjak dari tanah kuburnya menuju Padang Mahsyar. Ia hanya bisa menggigil ketakutan dalam impitan kesendiriannya. Padahal terompet Israfil sudah menggema ke seluruh penjuru dunia.

Oleh gema sangkakala yang ditiup Israfil, semua orang, tanpa kecuali, segera terbangun dari alam kuburnya. Mereka bangkit, beranjak, dan berduyun-duyun memenuhi Padang Mahsyar, sebuah hamparan yang maha luas tiada bertepi. Ya, hanya hamparan, tak ada benda lain selain itu. Di atas hamparan maha luas itu, tudung langit diturunkan begitu rendahnya, hingga Matahari tinggal sepenggalah jaraknya.

Di hamparan maha luas itulah seluruh umat manusia dikumpulkan sebelum menjalani penghakiman. Dari sana mereka akan tergiring berjalan ke dua arah: ke surga atau ke neraka. Sesungguhnya, berkumpul di Padang Mahsyar itu juga bagian dari penghakiman itu sendiri. Sebab, dengan tanpa alas kaki dan sehelai benang pun yang menutup badan, tubuh siapa yang mampu terhindar dari panggang Matahari. Dan di sana tak ada yang bisa menjadi pelindung kecuali amal kebaikan.

Itulah pemandangan yang begitu mengerikan. Meskipun manusia berkumpul di satu hamparan, di antara mereka tidak ada satu pun yang bisa saling melindungi atau memberi pertolongan. Masing-masing sibuk dengan nasib sendiri. Bahkan, sekadar menoleh untuk melihat kebugilan orang-orang di sekitar pun tak bisa dilakukan. Semua terpanggang Matahari. Tenggorokan terbakar. Tubuh-tubuh gosong terkelupas. Kaki-kaki melepuh. Hanya orang-orang terpilih karena amal kebaikan dan kebeningan hati yang terlindung dari panggang Matahari itu.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan