Tolak Badriyah (Bagian 4)

1,294 kali dibaca

Hari masih gelap ketika aku mendengar suara “prang” beruntun yang membuat perasaan tidak enak. Saya baru selesai melaksanakan sholat subuh dan masih menggumamkan dzikir setelah sholat. Suara “prang” itu membuat saya terdiam sejenak. Suara Mbah Nyai mengimami sholat subuh masih terdengar samar dari arah mushola putri. Saya ragu apa harus berlari ke dapur sekarang atau tidak. Dan ketika keputusan itu bahkan belum bulat, suara ribut orang bicara sudah terdengar sampai ke kamarku. Akhirnya, dengan mukena masih terpasang, saya memutuskan untuk segera menyusul ke dapur.

Seorang santri terlihat sedang duduk memeluk lutut sambil menenggelamkan wajahnya di antara dua pahanya. Ia menangis dengan suara nyaring seperti anak-anak TK menangis. Sementara Mbak Imah, salah seorang pengurus pondok yang mungkin berhalangan sholat terlihat sedang menanyai santri tersebut sambil setengah marah-marah.

Advertisements

Melihat kedatanganku, Mbak Imah memelankan suaranya. Aku mengedarkan pandangan dan menemukan sumber masalahnya. Kursi kayu di samping rak terjungkal dan baskom besar serta lusinan piring yang kini pecah berserakan di lantai. Acara haul memang tinggal dua hari, sehingga sudah sejak beberapa hari terakhir ini barang pecah belah dari kamar perabot memang satu per satu dikeluarkan untuk dibersihkan. Biasanya barang pecah belah yang baru dicuci memang sengaja ditumpuk di baskom-baskom besar untuk menunggu kering. Selanjutnya, barang pecah belah itu akan ditata di lemari dapur dan sisanya ditaruh di meja panjang untuk persiapan haul. Naasnya, salah satu baskom besar berisi lusinan piring itu pagi ini hanya tersisa pecahannya saja.

Belum sempat saya bertanya apa-apa, ummi muncul dari belakang saya. Mbak Imah semakin menundukkan pandangannya.

“Duh, ada apa ya?” tanya beliau. Saya menoleh dan melihat beliau masih memakai mukena. Tangan kanannya memegang tasbih kokah dan tangan kirinya menyincing mukena supaya ujungnya tidak jatuh ke lantai. Mulutnya berkomat-kamit melantunkan dzikir. Sesekali saya melihat jari jemarinya memutar biji-biji tasbih di tangan kanannya.

Halaman: 1 2 Show All

Tinggalkan Balasan