TITIMANGSA

1,050 kali dibaca

TITIMANGSA

Dia rentang terang
penuh kasih-sayang
dalam lirik; usia, waktu,
hari, dan peristiwa baru.

Advertisements

Tangis, suka, sepi
deru angin, sunyi
riuh, perih, sedih
letih, dan lebih
menjadi pola kunci
sebuah lagu
merdu.

Apalagi?” kataMu
tanpa ragu-ragu kepadaku
yang pura-pura lugu.

Aku diam
Kau menyaksikan
Aku berdendang

Tiada yang lebih tuan, Tuhan.

Kau menyimak dengan seksama
sepanjang cerita ‘titimangsa’

Tulungagung, 2021.

NISKALA

Angka-angka kalender kutinggalkan;
di rumah, di madrasah, di langgar, di kebun
di sawah, dan di sungai yang terus berjalan.

Tidak!

Sebenarnya angka-angka kalenderlah
yang meninggalkanku di sini;
bersama usia, bersama seragam, topi
sepatu, tas, dan kertas-kertas ijazah.

Betapa ingatanku masih menjadi muara
yang tak pernah kering dengan aroma tanah
sudut-sudut desa, atau debu batu-batu kali
atau derit lantai langgar milik pak kiai.

Betapa tak ada lagi yang lebih
jujur ketimbang zaman itu, dan waktu pagi
tentang tata cara menjaga cinta, tawa, dan cita-cita
yang selalu segar dan baru
sebagaimana embun di daun-daun randu.

Sekarang jantungku
Waspada selalu
saat seseorang berkata:
Dewasa ialah harus pintar pura-pura

Benar, meski begitu aku tetap bisa
menikmati senja, sebab ia hadiah
dari Tuhan untukku dan mereka;
para pekerja dan pecinta
yang betah menanggung tabah
yang sabar menahan rasa.

Tulungagung, 2020.

RIWAYAT IMAN

Halaman: 1 2 Show All

Tinggalkan Balasan