Tempat Paling Gelap, di Manakah Itu?

1,784 kali dibaca

“Tempat yang paling gelap sekali di dunia ini, apabila di dalam rumah kekasih, tak ada kekasih.” Begitulah ungkap Maulana Rumi dalam sajaknya.

Adakah rumah yang tanpa penghuni atau pemilik? Jawabannya, tak ada. Setiap rumah pasti memiliki penghuni, pemilik. Sajak di atas sebenarnya ingin menjelaskan kepada kita akan makna tempat paling gelap di dunia. Tapi sebentar, sepertinya menarik pula untuk menelisik makna ganda dari kata gelap. Mengapa Maulana Rumi lebih memilih diksi gelap?

Advertisements

Gelap adalah situasi ketika indra penglihatan tak mampu mengenali apapun, tak mampu menjangkau apapun, buta. Ada yang mengatakan bahwa kegelapan adalah awal mula kehancuran. Sebab dalam kegelapan tak ada rasa malu, tak ada belas kasihan, sementara kejahatan mendapatkan jatah kebebasan tanpa batas. Gelap berarti juga tak ada cahaya, tak ada penerang yang mampu menunjukkan penglihatan kita pada apa yang berada di hadapan kita. Ini tentu sangat berbahaya. Apalagi bagi seorang pejalan, kegelapan adalah momok bagi peta perjalanan.

Rumah. Ada yang mengatakan bahwa hati kita adalah rumah kita, sebab di situlah Allah melihat kita. Rumah bisa juga berarti dunia. Dunia seisinya adalah rumah bagi manusia. Ini tentu sudah disinggung dalam ayat al-Qur an, bahwa manusia adalah khalifah fil ardl, pengelola bumi. Akan tetapi, meskipun manusia diberi keleluasaan untuk mengelola apa saja yang ada di bumi ini, bukan berarti manusia adalah pemilik bumi. Manusia hanya dimandati untuk memberdayakan sumber daya alam semesta saja. Pemilik alam semesta tetaplah Allah semata.

Lalu ada lagi dawuh Maulana Rumi, “Tanpa cinta, ibadah hanyalah beban, semua tarian hanyalah rutinitas, semua musik hanyalah bunyian semata…”

Ya, cinta. Seakan cinta adalah ruh bagi setiap aktivitas. Dan aktivitas yang tanpa didasari cinta bagaikan jisim yang tanpa ruh. Hampa, mungkin juga menjemukan.

Halaman: 1 2 Show All

Tinggalkan Balasan