Taftisul Kutub: Tradisi Menguji Kompetensi Santri

3,505 kali dibaca

Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa di pesantren para santri akan mengkaji berbagai kitab. Biasanya, di pesantren tradisional seperti pesantren saya dahulu, kitab yang digunakan adalah kitab kuning gundul. Sudah menjadi rutinitas sehari-hari bagi santri untuk memaknai kitab tersebut dengan bimbingan para guru.

Berdasarkan pengalaman saya, para santri akan memberikan makna pada kitab dengan menggunakan tulisan Pegon atau Jawi. Yaitu, tulisan Arab namun dibaca menggunakan bahasa Jawa. Ada pula yang menggunakan bahasa Sunda. Tergantung di mana pesantren itu berada dan mayoritas santri yang belajar.

Advertisements

Saya tidak terlalu paham bagaimana sistem belajar di pesantren modern. Apakah masih menggunakan metode memberi makna kitab atau bagaimana. Di kurikulum pesantren saya waktu itu, ada tiga jenis pembelajaran. Pertama, ngaji maknani, ini adalah yang paling utama. Karena proses ini dibimbing langsung oleh satu orang ustaz di setiap satu mata pelajaran atau kitab. Ustaz akan membacakan kitab dan maknanya menggunakan terjemahan atau memanfaatkan hafalannya. Dan para santri akan menyimak dan memberikan makna di bawah kalimat dalam kitab mereka.

Kedua, ngaji setoran. Proses ngaji ini berbentuk hafalan. Jadi, apa yang telah dipelajari pada saat ngaji maknani akan dihafalkan oleh para santri. Namun sebatas dihafal Arabnya saja tanpa makna Jawi-nya. Biasanya pengurus atau santri yang lebih senior akan menyimaknya.

Ketiga, ngaji syawir. Ini adalah jenis ngaji mandiri. Para santri dalam satu kelas akan memilih salah satu orang untuk maju ke depan dan memimpin musyawarah. Topik yang dibahas biasanya sesuai kesepakatan bersama. Dalam sebuah kelas pada umumnya sudah mempunyai satu rois atau musyawir yang akan memimpin musyawarah setiap hari.

Pada tulisan ini, saya akan membahas satu tradisi yang rutin dilaksanakan di pesantren saya. Tradisi ini menjadi syarat ikut ujian akhir semester. Tradisi ini juga akan menjadi tolok ukur seberapa rajin dan disiplinnya santri dalam mengaji. Tradisi tersebut adalah taftisul kutub.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan