Tafsir Lintas Rezim dan Islam Orde Baru

859 kali dibaca

Di universitas, khususnya jurusan ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, biasanya sering ada debat tentang gugatan bahwa tafsir ayat X dan hadis Y mengandung bias rezim kekhalifahan (Umayyah, Fathimiyyah, Ayyubiah, dll), bias gender, ataupun bias konteks budaya (Timur Tengah, Barat, Asia Tenggara, dll). Namun belum pernah ada suara debat sampai menggaung di publik tentang bias rezim politik di Indonesia terhadap tafsir ayat X atau hadis Y.

Yang belakangan disebut, justru lebih banyak didiskusikan oleh jurusan komunikasi dan sosiologi, tentu dengan ‘bahasa’ yang sepenuhnya berbeda dengan apa yang bergulir di jurusan tafsir. Mereka menyinggung pengaruh rezim politik terhadap bias tafsir ayat dan hadis lewat analisa wacana, bahasa, dan jejak afiliasi si penafsir, baik itu ustaz, pemimpin agama, dan lain sebagainya.

Advertisements

Perbedaan di dua jurusan itu jelas ada. Jurusan ilmu Al-Qur’an dan Tafsir lebih dekat dengan pembahasan soal orientalisme, dialektika ilmuan Islamic Studies produk Barat/Timur/Asia, dan pembahasan soal politik pengetahuan di masa kekhalifahan silam. Mereka menaruh perhatian pada bagaimana transmisi pengetahuan dan hubungan tafsir Indonesia dengan sejawat pemikir ideolog Islam maupun ilmuan tafsir di Timur Tengah ataupun Barat.

Sedangkan, jurusan komunikasi, sosiologi, dan ilmu sosial umum lainnya, telah terbangun dalam orientasi ‘nasionalistik’ sejak lama. Perbendaharaan teorinya memang banyak dari Barat, namun diarahkan untuk ‘melihat’ Indonesia. Sehingga, tumbuh satu hal yang disebut sebagai ‘inward-looking’, alias kegemaran melihat diri sendiri.

Objeknya tentu adalah kondisi sosial politik Indonesia, mencakup lika-liku kelas, bongkar pasang birokrasi, manuver antaraktor, praktik wacana, perilaku kelompok masyarakat (muslim utamanya), dan lain-lain.

Fokus pembedahan hubungan ayat dan perilaku sosial kemudian dibahasakan dalam perbendaharaan seperti: pengaruh pasar, kebangkitan kelas menengah, keakraban kelas menengah Indonesia dengan Islam transnasional, kebutuhan katalis wacana dari ayat suci untuk agitasi politik, dan peran tafsir ayat ataupun hadist dalam kaitannya dengan nasionalisme, keutuhan bangsa, dan lain hal yang berpihak pada fungsi sosial yang telah disepakati beberapa dekade silam di Indonesia.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan