Tafsir Al-Qur’an di Masa Nabi

1,662 kali dibaca

Aktivitas penafsiran terhadap Al-Qur’an seolah tiada habisnya. Semenjak masa Nabi hingga sekarang, penafsiran terhadap ayat-ayat Al-Quran terus dilakukan oleh para ulama pada masa mereka masing-masing. Penafsiran pun berkembang, sehingga penting kiranya untuk mengkaji tahapan-tahapan periode perekembangan tafsir dari masa Nabi sampai masa kita sekarang. Dalam artikel ini, penulis mencoba untuk menuangkan sebagian maklumat tentang bagaimana tafsir pada masa Nabi.

Nabi dan Wahyu

Advertisements

Menurut Nuruddin ‘Itr dalam kitabnya Ulum al-Qur’an al-Karim, wahyu secara istilah merupakan petunjuk Allah SWT yang ditujukan kepada hamba yang dipilih, secara rahasia dan seketika.

Makna serupa juga diutarakan oleh Muhammad Ahmad Muhammad Ma’bad dalam kitabnya Nafahat min al-ulum al-Qur’an, namun lebih detail dengan menambahkan, “secara rahasia, tersembunyi, dan tidak dapat dikira-kira atau dengan cara tidak biasa bagi manusia.”

Dalam hal ini, Manna Khalil al-Qattan memberikan definisi paling lengkap dari sumber di atas, yaitu membaginya menjadi dua definisi. Pertama, definisi dari bentuk ism maf’ul المٌوْحَى yaitu kalam Allah SWT yang diturunkan kepada nabi dari nabi-nabinya. Kedua, dari bentuk masdar الوَحْيُ yang definisinya kurang lebih sama dengan definisi Nuruddin ‘Itr dan Muhammad Ahmad Muhammad Ma’bad.

Istilah wahyu sangat berkaitan erat dengan Nabi Muhammad. Semua perkataan Nabi merupakan wahyu, berbeda dengan manusia pada umumnya. Hal ini dikuatkan oleh firman Allah dalam surat al-Najm3-4:
وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوٰى، اِنْ هُوَ اِلَّا وَحْيٌ يُّوْحٰىۙ

Dengan demikian, tafsir Al-Qur’an merupakan wahyu dari Allah SWT, hanya tidak termasuk dalam teks Al-Qur’an. Bahkan, segala hal yang disandarkan kepada Nabi Muhammad, dari perkataan, perbuatan, ketetapan, dan gambaran sifat merupakan hadis. Tentunya, Al-Qur’an dan Hadis sama – sama merupakan wahyu dari Allah SWT.

Tafsir Masa Nabi

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan