Setelah Ketukan Pintu Terakhir

1,457 kali dibaca

Ia tidak bereaksi apa-apa tepat saat tiga orang berseragam biru tua mengetuk pintu bagian luar. Di dalam rumahnya, serta di kepalanya sudah berputar macam ketakutan, apalagi seluruh keluarganya pulas dalam dengkur. Hanya Upek, ayahnya, yang dengan tergesa terbangun untuk membuka pintu. Ia membuntuti dari belakang mengintip dari pintu kamar tengah. Sehabis membuka pintu, Upek sudah raib; terakhir kali ia melihat ayahnya itu diseret dan ditendang. Tiga orang berseragam biru tua, yang dengan mudah ia akan ingat wajah-wajah mereka. Lalu, ia menangis pada ibunya yang tidur dan menceritakan apa yang telah terjadi. Ibunya juga ikut meraung-raung.

***

Advertisements

Matropik menjauh dari ibunya yang memilih bersuami lagi. Tepat puluhan tahun yang lalu Matropik tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ia hanya paham jika ayahnya diculik oleh tiga orang berseragam biru dan tidak akan pernah kembali untuk waktu yang sangat panjang. Atau, mungkin saja kembali dengan keadaan sudah tidak bernyawa. Matropik tidak pernah berharap lebih, atau bahkan mengharap ayahnya kembali. Dalam pikiran Matropik, tiga orang berseragam itu telah menyakiti ayahnya, entah dengan cara ditendang atau bahkan dicabut kukunya satu per satu. Begitulah kekejaman mereka yang diingat Matropik hari ini, setelah jauh dari ibunya.

“Mas, ibu saya dulu juga korban dari orang-orang berseragam itu,” istri Matropik seperti bernostalgia.

“Mereka memang utusan yang kejam, sama kejamnya dengan pemimpin mereka,” balas Matropik.

Hening sesaat, sebelum akhirnya ingatan itu muncul kembali di kepala Matropik. Ia mengingat ayahnya yang baik dan sepanjang hari kerja di pasar. Matropik kadang ikut ayahnya untuk berjualan bahan-bahan kebutuhan pokok. Itulah satu-satunya penghasilan yang bisa menghidupi Matropik, sampai ayahnya dijemput paksa itu.

Tidak ada yang berani menggugat atau mengadu kepada siapa pun ketika ayah Matropik dijemput tiga orang berseragam. Matropik menaruh kesal kepada dirinya, kenapa saat itu ia tidak ikut saja dengan ayahnya, kalau pun mati paling tidak ia bisa mengetahui keadaan ayahnya. Sementara ibunya, sudah seperti orang yang kurang peduli kepada Matropik, mungkin karena ia sudah beristri atau hal lain.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan