SECANGKIR KOPI EMAK

1,404 kali dibaca

SECANGKIR KOPI EMAK

Mak, di cangkir kopimu kutemukan telaga
Membuatku candu, lalu tergoda
Kopi yang selalu mengetuk subuh
Dan menjelma rindu ketika kita jauh

Advertisements

Aku tak pernah lupa oleh kopimu
Selalu larut dalam hitamnya saban waktu
Di dada, pahit manis lantas berdebur
Namun kopimu selalu mengajakku bersyukur

Di secangkir hitam itu kujumpai puisi
Terasa nikmat mencumbui hati
Kata-kata itu tampak tenang
Dalam hitamnya yang arang

Mak, terima kasih atas kopimu
Tempat merebah jiwaku yang biru

Gapura, 30 Juli 2021.

MENGANTARMU KE PERISTIRAHATAN

Hati ini sebenarnya berat berbatu
Menyebut di keranda itu adalah dirimu
Walau tetap memasang wajah getir
Kuajari tangis senantiasa berdamai dengan takdir

Tanah lembab sehabis hujan
Pipi basah setelah tangisan

Dengung tahlil mengiringi setiap tapak kaki
Mengetuk rongga dada yang sunyi
Lantas wajah senjamu makin kuingat
Di benak, kau begitu pekat

Sepanjang jalan menuju abadi
Zikir menuntun jariku memetik tasbih
Merangkai harap dengan doa
Agar jiwamu direstui semesta

Kusiapkan rasa ikhlas untuk dirapal
Hingga diri tak lagi dihujam sesal
Meski sesekali lamunan berkata
Ragamu masih tetap sama

Tenonan, 21 Juli 2021.

MENGINGAT EPPAK

Setelah tujuh tangisan menjadi layu
Hati dibesuk tetap saja berbatu
Di hilirnya, rindu semakin perih
Membasahi hati dengan tangis lirih

Luka larat masih belum reda
Mijil kemarin tak kunjung senja
Meski hujan menjelma kenangan
Hingga kemarau di pipi berjatuhan

Berapa rintih lagi yang harus kutata

Halaman: 1 2 Show All

Tinggalkan Balasan