SEBELUM AKU MELAMARMU

1,089 kali dibaca

SEBUAH TUNGKU

Dari tungku itu, konon jiwaku lahir
Di depannya, perempuan meniup bara berkali-kali
Menyalakan api, mengobarkan cinta dalam diri
Asap-asap yang tak pernah melahirkan pecundang
mengepul beragam rupa keikhlasan

Advertisements

Sedikitpun, perut tak pernah kerontang
Sebab tungku emak, dengan tulus menopang
Bumbu-bumbu mengalun mengitari hati
Mengetuk kantuk, mengutuk letih

Gapura, 6 Februari 2022.

DI PUSARA EPPAK

Pak…
Tangis-tangir dari berbagai musim kerinduan
Kurapal membentuk dedoa yang menghangatkan
Agar ia tak jatuh lagi pada pundak ringkih
Dan bergegas pada luka yang perih

Ragamu terbaring dalam damai yang sebenarnya
Epitaf makam memekik kenangan di dada
Kembang-kembang bergumul bersama kenangan
Menyemai fatihah-fatihah yang bermekaran

Al-Falaq, An-Nas, hingga Qulhu
Kupetik ayatnya satu-satu
Agar di makammu, ayat itu senantiasa abadi
Tak pernah lapuk, walau kemarau dan hujan berganti

Sumenep, 6 Februari 2022.

SEBELUM AKU MELAMARMU

Kelak, ketika senyummu telah matang
Aku akan datang membawa sepotong puisi
Yang bertunas dewasa di jalan-jalan sepi
Jalan setapak menuju rumahku, jalan pintas menuju takdir kita

Kini, kumandikan dulu puisi itu di perigi hati
Tubuhnya berlumur noda-noda kata
Bibirnya beku, tak kuasa melumat waktu
Sedang dari matanya, tetap bertebaran kata-kata kerinduan

Sumenep,6 Februari 2022.

ilustrasi: piqsels.

Tinggalkan Balasan