Santri dan Pengabdiannya

5,437 kali dibaca

Beginilah kehidupan santri di pondok pesantren: mulai dari subuh sampai sebelum tidur lagi santri akan mempelajari kitab-kitab kuning. Mulai dari Talimu al-Mutaalim, Riyadhu Sholihin, AlfiyahArbain Nawawi, Mustholah al-Hadits, Nahwu Shorof, Fathul Muin, Fathul Qarib, Al-Hikam, Ihya Ulumuddin, Jawahirul Bukhari, dan banyak lagi.

Sehabis mondok, lazimnya seorang santri bersyukur karena mandapatkan ilmu agama yang begitu banyak, yang cukup untuk bekal hidup di tengah-tengah masyarakat. Sepulang dari pondok, seorang santri dipastikan bisa mengaji dan menguasai ilmu agama.

Advertisements

Tapi apa hanya itu sudah cukup untuk bekal hidup di tengah masyarakat? Sebab, santri yang baik adalah yang bisa mengaplikasikan dan mengajarkan ilmu yang telah dipelajari di masyarakat. Kiai Abdun Nashir, pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikmah Purwoasri, Kediri pernah mengatakan, “Jika santri sudah selesai menimba ilmu di pesantren, mengajarlah. Walaupun yang kamu ajar adalah adikmu sendiri.”

Memang benar, setelah belajar bertahun-tahun di pesantren, seorang santri tentu telah memperoleh banyak ilmu keagamaan. Dan, ilmunya akan disebut bermanfaat jika seorang santri bisa mengamalkan dan mengajarkan kepada keluarganya dan orang lain.

Itulah santri yang sangat dinantikan peranannya dalam membangun kehidupan bermasyarakat di era sekarang ini. Santri harus mengamalkan dan mengajarkan ilmu agama dan akhlak di masyarakat.

Namun, sebelum terjun ke masyarakat, santri juga harus memiliki kualifikasi yang cukup untuk mengabdi kepada masyarakat secara luas. Karena itu, tidak cukup hanya dengan bekal ilmu agama, tetapi ilmu-ilmu lain pun harus dimiliki oleh santri. Jika tidak, bisa jadi santri akan kesulitan mengamalkan dan berdakwah di masyarakat.

Sebagai seorang muslim, santri memiliki kewajiban berdakwah atau mengamalkan dan mengajarkan ilmu yang dipelajarinya. Hal tersebut difirmankan Allah dalam al-Quran:

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan