Pohon Pengetahuan

775 kali dibaca

Ayahku bukanlah seorang pejabat. Bukan pula seorang ilmuwan, apalagi seorang sastrawan. Ayahku hanyalah seorang pekebun yang suka mengelinting tembakau. Menyukai sarapan nasi tiwul. Tapi ia mencintai buku. Bagiku, itu keunikan tersendiri.

Ayahku tidak sampai mengenyam pendidikan tingkat atas. Tetapi, ia berusaha untuk menyekolahkan aku dan adik-adikku. Bagi ayah, mencari ijazah itu penting, tapi menurutnya, yang lebih penting adalah membaca buku. Ia tidak begitu menyesal jika hanya sampai sekolah madrasah tsanawiyah. Menurutnya, ia sangat beruntung diberikan kenikmatan gemar membaca buku.

Advertisements

Dulu, bisa makan saja sudah untung. Sekolah dan membaca buku, itu sesuatu yang sulit. Hanya orang-orang kaya dari keluarga terdidiklah yang bisa sekolah sampai ke perguruan tinggi dan menikmati buku bacaan. Itu jarang ada di desa kami.

Ayah baru bisa membeli buku ketika kakek panen tembakau. Itu saja hasil dari mencuri uang kakek yang disimpan di bawah tikar pandan di atas ranjang karena saking ingin membeli buku. Bahkan ayah pernah berbohong dengan alasan membeli kambing di pasar. Jika kakek bertanya di mana kambingnya, ayah menjawab, uangnya hilang padahal ayah pergi ke toko buku. Ada beberapa buku-buku yang tidak boleh diedarkan, alasannya, karena mengandung liberalisme, kodok, komunisme, atau Marxisme-Leninisme. Itu kata ayah.

Biasanya, sebelum ayah masuk ke rumah, ia menitipkan bukunya di rumah temannya. Ayah tidak bodoh dan amat cerdik untuk mengelabui kakek. Biasanya, bila uang kakek hilang, ayah selalu membuat isu takhayul. Ia menuduh tuyul yang mengambilnya. Isu yang dibuat ayah  merembet ke penjuru desa. Karena itu kakek selalu mengingatkan warga agar berhati-hati.

Berkat buku bacaannya, ayah menjadi orang memiliki pengetahuan luas dan selalu dibutuhkan ketika musyawarah di balai desa, sebab ayah selalu memberikan jalan keluar. Menjadi penentu di setiap musyawarah berlangsung. Gagasan-gagasannya dapat diterima oleh warga. Misalnya, di desa ada masalah. Pipa minyak bocor, akibatnya, minyak tercampur dengan air sungai, sehingga membuat sawah tercemar. Tanaman menjadi tidak sehat, bahkan banyak yang mati. Ayah memberikan solusi. Menyarankan kepala desa untuk mengadakan pertemuan dengan pihak pabrik dan melapor ke pihak berwajib serta dinas lingkungan sebagai pendamping hukum.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan